Jeritan Guru dari Pelosok Buton

Tampak aktifitas di SD Negeri Kokoe, Kecamatan Talaga Raya, Kabuoaten Buton: foto: Zainal Ishak/Sultranews.com

BUTON, SULTRANEWS- Desa Kokoe Kecamatan Talaga Raya, berada di ujung barat Kabupaten Buton. Daerah terpencil yang berbatasan  pulau kabaena bagian selatan ini menjadi saksi betapa buramnya dunia pendidikan di pelosok  Sulawesi Tenggara.

Hanya ada satu bangunan sekolah dasar di sana.  Bangunan yang sesungguhnya tak lebih seonggok tembok yang berdiri rapuh  di pesisir. Inilah yang terlihat saat Zainal Ishak, jurnalis Kompas TV  menyambangi sekolah permanen itu.

Adalah SD Negeri Kokoe, sekolah yang hanya memiliki tiga orang personil. Satu  orang adalah guru PNS sekaligus merangkap kepala sekolah (kepsek) dan dua tenaga honorer.
Satu tenaga honorer ini tak lain isteri Juanda SPd, sang kepsek. "Untuk guru PNS hanya saya sendiri, sedang yang duanya tenaga honor termasuk isteri saya,"ungkap Juanda.

Keterbatasan tenaga pengajar memang menjadi persoalan tersendiri bagi sekolah ini. Juanda mengaku sudah berkali-kali menyampaikan ke Dinas Pendidikan Buton tapi belum mendapat tanggapan. "Saya bosan memberitahu, selalu tidak ada respon,"kata pria berkumis tebal itu.

Tak hanya persoalan jumlah tenaga didik, soal kesejahteraan menjadi soal tersendiri. Pasalnya, sejak dua tahun sang kepsek tidak pernah mendapat tunjangan guru terpencil. "Saya juga heran pak kok kita yang mengajar di daerah terpencil tidak mendapat perhatian,"keluhnya.

Jarak dari Ibukota Kabupaten Buton ke Kokoe cukup jauh, jarak tempuhnya bisa memakan waktu seharian hingga mencapai desa. Melalui perjalanan darat dengan cara memutar ke Pulau Talaga  ke melewati  daratan Pulau Kabaena sebelum akhirnya  mencapai desa tujuan. Kondisi inilah yang membuat banyak guru enggan bertugas di daerah Kokoe.

"Kalau saya berangkat tinggal dua orang guru honorer yang bertugas. Kalau mereka semua dapat tugas panggilan dinas di kota maka dipastikan sekolah akan libur,"ungkap Juanda.

Jumlah  Murid SD Kokoe sebanyak 139 orang yang semua dari orang pesisir. Sebenarnya untuk ukuran desa, jumlah ini  menandakan tingginya  minat anak untuk bersekolah. Padahal dibanyak tempat, anak pesisir nyaris banyak yang tidak bersekolah. Justeru di Kokoe anak-anak desa sangat antusias bersekolah. Juanda kini hanya bisa berharap pemerintah segera membenahi masalah pendidikan di pelosok dan memberi perhatian pada sekolah yang dipimpinnya itu. (TIM)

Share on Google Plus

About yoshasrul

    Blogger Comment
    Facebook Comment