![]() |
Tradisi perkelahian kuda di Kabupaten Muna, sebuah tradisi yang hingga kini masih dilestarikan masyarkat setempat. foto: Haryman di group jurnalisphoto |
MUNA. SULTRANEWS-Kaki-kaki kokoh dua
kuda jantan beradu kuat di udara. Saling sepak, bertemu bak naga saling menerkam.
Sesekali terdengar ringkikan dan napas memburu di tengah sorak sorai penonton. Inilah tradisi perkelahian kuda, sebuah tradisi unik dari Pulau Muna dan hingga kini masih lestari. Tradisi langka ini terus menarik minat banyak pelancong baik dari manca negara maupun para jurnalis televisi Indonesia mengabadikannya. Berikut ulasannya.
---------------------------
Setelah sekian
tahun tidak pernah dimunculkan tradisi perkelahian kuda yang cukup melekat di masyarakat
Kabupaten Muna kembali ditampilkan. Dengan disaksikan ribuan warga yang datang
dari berbagai penjuru para pemangku adat dan pemandu perkelahian kuda mampu
menyuguhkan sebuah tontotan yang cukup menghibur sekaligus mendebarkan. Tak
jarang banyak penonton yang harus berlari menyelamatkan diri saat kuda yang
kalah dalam pertarungan berlari kearah penonton.
Prosesi
perkelahian kuda sendiri telebih dahulu dimulai dengan kemarahan sejumlah kuda
jantan. Caranya sekelompok kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan
digiring masuk kelapangan bebas dan di sudut lain dimunculkan juga kelompok
kuda betina yang dipimpin seekor kuda jantan. Saat kedua kelompok bertemu
dilapangan bebas kedua kuda jantan yang menjadi pemimpin kelompoknya secara
bersilang dipertemukan dengan kuda-kuda betina yang ada di tempat terpisah.
Kuda jantan yang
bertindak sebagai pemimpin kelompok kuda betina langsung marah saat menyaksikan
kuda jantan asing mendekati kelompok kuda betina yang dipimpinnya. Karena sudah
tebakar amarah kedua kuda jantan pun terlibat pekelahian sengit sementara
kelompok kuda betina hanya bisa panik meringik dan sesekali berlari menyaksikan
kuda jantan yang menjadi pemimpin mereka terlibat perkelahian.
Kedua kuda
jantan ini terlibat saling serang dan berupaya saling melukai antara satu sama
lain. Namun disaat salah satu sudah terpojok para pemandu perkelahian inipun
segera bertindak untuk menghentikan perkelahian kedua hewan ini.
Atrkasi
perkelahian kuda ini pun mampu menyuguhkan sebuah tontotan menghibur sekaligus
mendebarkan. Selain berdecak kagum ribuan warga yang datang dari berbagai
penjuru juga harus tetap waspada menjaga keselamatan diri manakala kuda jantan
yang kalah dalam pertarungan berlari kearah penonton.
Tradisi
perkelahian kuda kini kerap ditampilkan di momentum perayaan hari besar daerah,
seperti ulang tahun Provinsi Sulawesi Tenggara. Tradisi yang sebenarnya bukan
hal baru lagi. Tradisi yang sudah berjalan sejak ratusan tahun silam ini
sebenarnya sudah sering kali ditampilkan hanya saja belakangan tradisi nyaris
hilang dari peredaran.
Oleh masyarakat
di Kabupaten Muna tradisi ini cukup dikenali. Tidak hanya karena tradisi ini
berasal dari daerah itu namun tradisi semacam ini terbilang sangat langka
apalagi di Indonesia sangat sulit untuk ditemukan tradisi semacam ini. Sesuai
falsafahnya tradisi ini sendiri tidak dilakukan secara sembarangan karena pihak
yang terlibat dalam tradisi ini merupakan orang-oran pilihan termasuk kuda yang
ditampilkan.
Meski tidak
memiliki kalender paten namun tradisi ini kerap dilakukan pada momen-momen
sakral seperti hari besar keagamaan saat memyambut tamu agung dan setelah
melaksanakan panen raya. “Selain bermakna kultural tradisi ini juga menjadi
salah satu hiburan yang bisa menjadi alat perekat dan pemersatu masyarakat
khususnya di Kabupaten Muna”Kata Laode Abd Karim, selaku ketua pemangku adat
dikabupaten Muna.
Dalam tradisi
ini kuda-kuda yang ditampilkan pun bukan kuda sembarangan. Umumnya kuda-kuda
yang ditampilkan dalam atraksi perkelahian ini harus memiliki badan yang tegar
garang dan terlebih lagi mampu berkelahi dengan taktik tersendiri. Tak hanya
kuda saja yang harus dipersiapkan para pemandu perkelahian kuda pun harus orang
pilihan. Pasalnya nyawa pemandu juga menjadi taruhan karena tidak menutup
kemungkinan sewaktu-waktu bisa menjadi sasaran kemarahan kuda-kuda jantan yang
terlibat perkelahian.
Bagi warga
atraksi perkelahian kuda ini tentu menjadi hiburan tersendiri apalagi bagi
warga yang tidak pernah menyaksikan atraksi semacam ini. “Tradisi ini cukup
menarik apalagi tradisi semacam ini sangat sulit ditemukan”Kata Lusi salah satu
warga.
Atraksi perkelahian
kuda tentu tidak lepas dari resiko yang ditimbulkannya. Selain membuat banyak
warga panik saat kuda jantan yang kalah dalam pertarungan berlari ke arah
penonton kuda-kuda jantan yang terlibat pekelahian pun tidak sedikit yang
teluka.
Meski demikian,
dimunculkannya kembali tradisi ini warga tentu berharap tradisi warisan nenek
moyang ini bisa tetap dilestarikan. Bila tradisi ini tetap terjaga bukan tidak
mungkin tradisi ini bisa dikemas menjadi salah satu obyek wisata budaya yang
bisa menarik minat para wisatawan domestik maupun manca negara dan yang lebih
terpenting lagi dibutuhkan dukungan pemerintah daerah setempat yang lebih
serius agar tradisi ini tidak lenyap dari rotasi kebudayaaan indonesia dan
hanya menjadi cerita dongeng belaka. (Iwan)
Blogger Comment
Facebook Comment