Foto bersama usai kegiatan dialog publik eksistensi pers dan etika jurnalis yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Kendari. foto: Yoshasrul/sultranews.com |
KENDARI, SULTRANEWS-Kebebasan pers menciptakan banyak ekses. Media baru banyak bermunculan mengail ceruk pasar yang semakin jenuh. Tumbuhnya media-media yang tidak dikelola secara profesional juga merupakan bom waktu bagi kebebasan pers. Sosok jurnalis juga semakin berjibun mengitari sumber berita yang menghasilkan beragam cerita.
Terkadang untuk merekam fakta ditempuh segala cara yang tak jarang menabrak etika profesi. Bermula dari pemakluman atas praktek peramplopan (sogok), menanti pelayanan istimewa dari sumber berita, menjual nama organisasi pekerja pers demi meraup lembaran rupiah, memeras hingga berlindung di balik UU pers untuk menyerang pihak lain.
"Fenomena ini makin marak disaat sebagian industri pers makin tak hirau dengan kualitas pekerjanya. Rendah upah dan tak tegasnya aturan bagi pelanggaran, rendahnya idealis wartawan itu sendiri hingga lemahnya hukum menjaring tindak kriminal yang dilakukan sang wartawan bodrex merupakan lingkaran setan munculnya fenomena ini,","kata Jimmy Silalahi, Wakil Ketua Komisi Hukum Dewan Pers saat dialog publik meneguhkan eksistensi pers dan etika jurnalis.
Masyarakat pada akhirnya yang dirugikan akibat informasi yang dikonsumsinya sudah terdistorsi.
Di Sulawesi Tenggara sendiri penomena wartawan bodrex kian meresahkan publik. Bagi Jimmy orang-orang yang melakukan kegiatan kriminal yang mengatasnamakan pers tak pantas disebut wartawan, melainkan "penjahat pers". "Ya, kita tak pantas lagi menyebut mereka sebagai wartawan, tetapi lebih tepatnya mereka penjahat pers. Tak ada cara lain mereka harus terus diperangi,"tegas Jimmy.
Sementara itu Eko Maryadi, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mengatakan, jurnalis adalah profesi mulia yang seharusnya dijaga eksistensinya sesuai rambu-rambu etika pers. Namun, sayang banyak oknum menyalahgunakan profesi kewartawanan untuk kepentingan pribadi.
Kegiatan dialog publik yang digagas AJI Kendari ini menghadirkan tiga narasumbermasing-masing, Eko Maryadi (Ketua AJI Indonesia), Jimmy SIlalahi (Dewan Pers) dan Kombes Polisi DRS Yan Sultra SiK, Direktur Kriminalitas Umum Polda Sultra.TIM
Blogger Comment
Facebook Comment