![]() |
Ilustrasi pengamen. Foto : Istimewa. |
“Kami hidup di bawah traficlight ini… selalu untuk berhenti kemudian berlalu dengan berhati-hati”. Ini salah satu bait lagu yang dinyanyikan seorang anak bersuara sumbang..
Gerombolan anak berusia tujuh tahunan. Mengerumuni setiap kendaraan yang mampir di simpang jalan saat lampu merah menyala. Siang saat sedang hujan kecil menyiram jalanan. Mereka menyodorkan tangan-tangan kecil bercampur peluh dan air hujan. Mata-mata sayup berharap belas kasih. Mereka menghampiri sebuah mobil, sebelum akhirnya berhamburan pergi setelah pemilik mobil marah besar.
Seorang pria menatap liar dari kejauhan. Menantap setiap gerak dan gerik anak-anak itu.
Seorang anak yang lain datang menyodorkan uang pada pemuda itu, dan berlalu tanpa mengeluarkan satu kata pun. Ia membuang bahasa yang hanya dimengerti oleh mereka berdua. Pemuda itu beranjak pergi dan membawa lembaran-lembaran uang.
Adakah dari cerita ini membuat hari-hari lebih baik? Haruskah masa depan anak-anak itu berlalu dijalanan? Sebuah masa depan tanpa kejelasan. Tanpa belas kasih dan tanpa rasa.
Matahari kian condong ke barat, saat lampu merah kembali menyala, beberapa dari anak-anak itu telah bersiap. Kali ini dengan nyanyian bersuara sumbang dihadiahkan pada pengguna jalan. Mereka beruntung. Dari balik kaca lembaran uang seribuan diisodor seseorang bertangan mulus. Perempuan muda itu tersenyum, sungguh senyum yang kecut…..(Muhammad Hasrul).
Blogger Comment
Facebook Comment