Pameran Budaya Buton Kembali Digelar

Mincen, tarian khas Kesultanan Buton. Foto : Sultan Darampa/Kendarikita.com

BAUBAU, KK-Kesultanan Buton kembali menggelar pameran budaya Buton berlangsung di pelataran lapangan Kamali Kara, Keraton Buton. 

Pameran ini berlangsung digelar dua hari mulai 24-25 Mei 2012, kemarin dibuka oleh Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, H Saleh Lasata.  Acara ini merupakan salah satu rangkaian pelaksanaan Bulilingiyana Pau Laki Wolio (Penobatan Sultan Buton) terpilih, H La Ode Muhammad Jafar SH yang berlangsung kemarin  di Baruga Keraton.

Pameran budaya Buton  terlaksana atas kerjasama Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dengan Lembaga Adat Kesultanan Buton.  Pameran yang mengangkat tema"Kita tingkatkan peran budaya dan kearifan lokal dalam pembentukan karakter bangsa" dihadiri Ketua Pengadilan Negeri (PN) Baubau Parlas Nababan SH, anggota DPRD (Ketua Komisi I) H Sudin,  tokoh agama, adat, pemuda, masyarakat dan juga turis mancanegara dari Jepang dan Inggris.

Ketua Panitia, La Ode Ahmad Monianse, setelah 52 tahun sejak 1960 melewati tidur panjangnya, geliat untuk melestarikan nilai-nilai luhur yang dipelopori para pemerhati budaya Buton, menganggap perlu untuk membangun kembali lembaga adat Kesultanan Buton dalam bingkai NKRI, Pancasila, dan UUD 1945. 

Wagub Sultra mengunjungi pameran budaya Buton.
Legislator PDIP ini mengingatkan, keberadaan Lembaga Adat Kesultanan Buton tidaklah seharusnya dipolemikan, karena keberadaannya membantu tugas  pemerintah dalam hal pengembangan dan pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa.

 “Kekayaan dan kearifan nilai-nilai luhur budaya Wolio Buton seharusnya menjadi asas kebersamaan dalam ikatan senasib yang pada akhirnya menjadi berkat yang sangat monumental untuk bersatu memupuk kebersamaan dalam membangun bangsa dan negara,”jelasnya.

Maksud dan tujuan ini lanjut  La Ode Ahmad, sebagai langkah awal lembaga adat Kesultanan Buton berpartisipasi menghimpun dan mengajak semua pihak baik lembaga maupun perorangan dalam upaya memberdayakan budaya wolio Butuuni sebagai salah satu alat pemersatu bangsa.

Bisa menjadi salah satu agenda dialog budaya nasional dalam rangka pembentukan karakter bangsa. Dapat menjadi wadah pemersatu bagi seluruh eks Kesultanan Butuuni yang belakangan sangat rentan dengan perpecahan, terutama akibat hiruk pikuk politik.

Kegiatan ini juga bertujuan meningkatkan kualitas SDM Wolio Butuuni secara utuh, khususnya generasi muda sehingga terwujud generasi yang kreatif dan inovatif dengan berlandaskan sendi-sendi budaya yang luhur.

Sementara itu, Wagub Saleh Lasata, dalam pidatonya menyampaikan permohonan maaf Gubernur Sultra H Nur Alam, tidak bisa hadir karena ada kegiatan kedinasan di luar daerah. Ia juga tak lupa menyampaikan apresiasinya kepada panitia yang telah mendorong dan berusaha melaksanakan pameran budaya tersebut.

Menurutnya, pembangunan budaya dan pariwisata merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional dan merupakan komitmen pemerintah, termasuk Pemprov, dan pemerintah kabupaten/kota. Sejalan dengan visi dan misi Pemprov Sultra, yaitu membangun kesejahteraanSultra 2008-2013, dimana salah satu misinya adalah memantapkan pembangunan budaya dan kepariwisataan daerah.

"Dalam konteks kehidupan spritual keagamaan, budaya, dan adat istiadat, sejatinya telah menjadi bagian dari prinsip kepribadian masyarakat yang statusnya tetap terjaga secara turun temurun sebagai cerminan kearifan budaya lokal," ujarnya.

Prinsip tersebut kata dia, dapat ditemui dalam falsafah hidup masyarakat Buton yang sangat bijak, agung dan sakral, yang dikenal dengan "syara pataanguna" atau “pobinci-binciki  kuli. Terdiri dari Pomaamasiaka, Poangkaangkata, Popia-piara, Pomae-maeaka, yang berarti saling kasih mengasihi, hormat menghormati, pelihara memelihara, dan saling menjaga kehormatan. (Sultan Darampa).



Lihat Peta Lebih Besar
Share on Google Plus

About Admin

    Blogger Comment
    Facebook Comment