Empat Mahasiswa Terjatuh di Tebing Mekongga


Merayakan pergantian tahun baru di puncak gunung merupakan sebuah kenikmatan tersendiri bagi para penggiat alam terbuka.  Inilah yang dilakukan sekompok mahasiswa yang tergabung dalam Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Sulawesi Tenggara (Mapala UNSULTRA). Sayang sebelum capai puncak mereka mengalami kecelakaan.

Empat dari tujuh orang mahasiswa itu terjatuh dan terjebak di dasar tebing.Mereka adalah Budianto, Henggar, Arya dan Guntur. Hingga berita ini ditulis, mereka dilaporkan masih terjebak di dasar tebing, setelah terjatuh saat melakukan ekspedisi pendakian dan penelusuran gua dalam rangka perayaan pergantian tahun di Gunung Mekongga Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Sementara tiga orang rekan korban yang selamat yakni bernama Linton, Cula dan Ompe. Mereka langsung turun gunung menuju kampung terdekat untuk mencari bantuan.

Informasi dari para pendaki yang selamat, salah salah satu rekan mereka yang bernama Budianto mengalami patah tulang di bagian lengan dan pahanya setelah terjatuh dari tebing dengan ketinggian sepuluh meter dan masih terjebak bersama rekan mereka yang lainnya di dasar tebing sejak tiga hari yang lalu. “Kondisi rekan-rekan kami kian parah, karena logistik dan perbekalan makin menipis,”kata Linton,... salah satu pendaki yang selamat.

Posisi para korban yang kecelakaan di Gunung Mekongga tersebut, berjarak kurang lebih dua puluh kilometer dari kampung terdekat dan berada di hutan yang lebat dan dasar tebing.

Menurut tim SAR, proses evakuasi diperkirakan akan berlangsung kurang lebih sepekan karena untuk mencapai lokasi, para korban diperkirakan memakan waktu kurang lebih 2 hari kedepan, dengan kondisi Gunung Mekongga yang dikenal sangat ektrim dengan tebing-tebing terjal.

Mengenal Gunung Mekongga
Puncak Gunung Mekongga, Foto : FKPA Sulawesi
Sekedar sebagai background lokasi kejadian, Gunung Mekongga merupakan salah gunung tertinggi di jasirah Sulawesi bagian Tenggara yang kerap menjadi tempat pendakian mahasiswa pencinta alam dan KPA.

Pegunungan Mekongga membentang di sisi utara wilayah Kabupaten Kolaka. Kawasan pegunungan ini merupakan jajaran pegunungan Verbeck yang puncak-puncaknya terdiri dari jenis batuan karst dataran tinggi. dengann puncak tertinggi 2.790 meter dari permukaan laut (dpl).

Menurut Wikipedia, secara geologis wilayah pegunungan ini terbentuk dari atol yang terangkat sekitar ratusan juta tahun yang lalu. Fenomena ini kemudian memberi ruang bagi jenis flora dan fauna yang khas yang kemudian menjadi biota endemic yang hanya terdapat di wilayah ini.

Pegunungan Mekongga, juga ideal untuk kegiatan trekking. Titik awal pendakian adalah dari Dusun Surolako, Desa Rantebaru di Kecamatan Ranteangin yang dapat dicapai dengan kendaraan roda empat sekitar empat jam dari kota Kolaka.

Selama perjalanan ke puncak yang butuh 5-6 hari, para pendaki gunung disuguhi suasana hutan tropis yang jarang dijamah orang, merdunya kicau burung, sampai acara menyeberangi pertemuan Sungai Mosembo dan Sungai Tinokari. Selain itu, mungkin akan berpapasan dengan anoa atau bekas jejak anoa seperti kotoran anoa. Anoa adalah satwa endemik Sulawesi.
Kotoran Anoa. Foto KPA Garis Palopo

Nama Mekongga berasal dari cerita rakyat setempat yang berkisah tentang pertempuran seorang kesatria dan seekor burung elang.

Menurut hikayat, suatu masa puncak gunung ini dihuni oleh Kongga, yaitu seekor burung raksasa. Para penduduk sering resah karena sang burung sering membuat onar dan mengganggu kehidupan rakyat. Kemudian tampillah seorang bangsawan gagah berani yang berhasil menewaskan burung raksasa. Sebagai hadiahnya, raja setempat menikahkan putrinya dengan si bangsawan. Dan untuk mengenang jasa besar itu, kawasan tersebut diberi nama Mekongga.

Rute pendakian

Pendakian dari pos terakhir pendakian hingga ke puncak Mekongga memakan waktu sekitar 5 hari. Pos terakhir pendakian terdapat di desa Tinukari desa terakhir pendakian yang secara administratif terletak di kecamatan Rante Angin, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Perhentian berikutnya yaitu "camp 1" di ketinggian 480 meter dari permukaan laut. Walaupun disebut camp, tapi tidak ada shelter seperti gunung di Jawa. Semuanya masih serba alami.

"camp 2" terdapat di ketinggian 1.380 m dpl. Dari sisi jalur mulai menanjak dan banyak sekali bekas longsoran. Sepanjang jalan banyak ditemukan air terjun kecil. Vegetasi yang dominan adalah tumbuhan berkayu bekas yang ditumbuhi lumut. Hal ini terjadi karena daerah ini sangat lembap. Kantong Semar dan aneka jenis anggrek bisa ditemukan dengan mudah.

Perhentian berikutnya adalah di "Musero-sero". Dalam keyakinan orang Mekongga, tempat ini diyakini sebagai pusat kerajaan jin untuk daerah Kolaka Utara. Dari Musero-sero perjalanan bertambah berat karena harus memanjat tebing dan tanjakan-tanjakan yang tanpa henti hingga sampai di "Camp 3".

Dari sini bisa langsung menuju puncak Mekongga. Puncak Mekongga sendiri berbentuk kubah yang luas. Mekongga juga memiliki goa-goa dengan stalagmit dan stalagtit yang indah. Yang menarik dijelajahi (Yos Hasrul/Marwan Azis)
Share on Google Plus

About Redaksi

    Blogger Comment
    Facebook Comment