Supporter pun bersedih |
Sempat nonton permainan Indonesia versus Laos semalam. Benar-benar performa yang buruk. Suguhannya mirip pemain di pelosok sana. Sungguh tak sedap ditonton. Kami mematikan tv saat Indonesia kebobolan kedua kalinya. Padam dengan sumpah serapah.
Bola yang penuh kasak kusuk dan tanpa prestasi. Penuh intrik politik dan penuh dengan kerusuhan. Di mana-mana selalu membuat gaduh dan kemacetan. Bola yang penuh dengan tawuran, tangis dan kematian. Bola yang penuh dengan kekecewaan karena melahirkan pmain dari hasil kongkalikong dan korupsi.
Bola kita carut marut disemua lini, di ruang organisasi hingga di lapangan…semua mempertontonkan kebusukan. Mempertontonkan kebodohan dan masih saja ngotot bola kita akan mendunia.
Bola boleh miris. Bola kita boleh bobrok. Tapi taukah kita kalau bola Indonesia masih menyimpan harapan….Hah..harapan???? Dimana titik harapan itu? Bukankan pemain kita sebagian sudah dinaturalisasi? Weleh-wleeh naturalisasi bola kita ini sudah mulai genit bergontok-gontokan dan pemainya kadang menjadi petinju dan berakhir di jeruji besi.
Dan mungkin, saatnya kita membiasakan diri untuk tak lagi harus membicarakan soal bola indonesia, membiasakan diri memalingkan wajah dari tontonan bola indonesia dilayar kaca, memboikot untuk tidak lagi menonton bola di stadion, sepanjang orang-orang yang mengurus bola masih bermental busuk seperti saat ini. Ya bola kita lagi harus dibicarakan karena memang tak ada harapan lagi, sepanjang orang-orang yang mengurus bola masih bermental busuk seperti saat ini.
Wajah sepak bola Indonesia setali tiga uang dengan wajah negeri ini yang kian tak beraturan. (Muhammad Hasrul).
Blogger Comment
Facebook Comment