Pesan Andik

Andik Vermansyah. Foto : timnasgaruda.com
Debat para penggemar bola di salah satu televisi, berlangsung hangat disaat Indonesia tengah bertanding melawan Singapura.

Debat menghadirkan wartawan peliput bola, pengurus bola (PSSI) hingga anggota DPR (yang katanya suka bola).

Debat sejenak berhenti setelah mengetahui skor akhir pertandingan berakhir dengan kemenangan tipis 1-0 untuk Indonesia. Kemenangan tipis ini tentu bukan apa-apa, kalau saja para pemain negeri singa tak dibuat galau setelah salah satu pemainnya diganjar kartu merah. Menjadikan performa terbaik singapura malam itu porakporanda.

Gol Indonesia kembali nyaris tercipta dari kocekan Andik Vermansyah yang berhasil melewwati dua pilar bek timnas singapura dan berikut penjaga gawangnya. “Hanya saja kocekan terlalu ‘kelebihan bumbu’ hingga patah di tengah jalan. Gol kedua gagal tercipta….. ,”begitu kira-kira bait kritikan para panelis debat.

Di siaran televisi lainnya, salah satu pemain tim nasionala Indonesia yang juga pencetak gola malam itu, Andik Vermansyah, tiba-tiba nongol dan angkat bicara tentang hasil pertandingan malam itu. Jawabannya singkat padat dan penuh harapan.  Bagi Andik pertandingan malam itu menunjukkan kebersamaan timnas yang solid dapat membaca kelemahan lawan. Hanya saja timnas masih butuh sentuhan penyelesaian akhir (finish), setelah  melihat  banyaknya peluang yang tercipta.

Saat wawancara Andik berdiri membelakangi puluhan logo sponsor pertandingan sepakbola se ASEAN. Dan pernyataan paling mengejutkan dari seorang Andik mengirim pesan tentang patriotisme pada siapa saja di negeri ini. Ini adalah pernyataan pertama Andik terkait kisruh sepakbola kita. Saya hanya ingat sepenggal kalimatnya, “Anda boleh saja membenci PSSI atau KPSI, tapi jangan pernah membenci timnas karena sesungguhnya kita sesama anak bangsa yang berjuang untuk bangsa…… “

Sungguh pernyataan membangkitkan rasa nasionalisme, dan menyentil nurani para pencinta bola di jagad nusantara. Saat membuka facebook penyataan Andik menjadi tagline dimana-mana.

Kendati memenangi pertandingan malam itu, tetapi tak menyurutkan arus kritikan dari para penggila bola tanah air. Kritik yang tak pernah ada habisnya, dan memang pantas untuk dialamatkan para para pengelola sepakbola kita. Lihatlah bagaimana kisruh dualisme kepengurusan PSSI yang tak berujung  hingga soal politisasi sepakbola dari para aktor-aktor politik negeri ini membuat kosentrasi pembinaan buyar serta membuat galau para pesepakbola negeri ini. . Tak urung FIFA menyebut konfilk sepakbola Indonesia adalah yang terumit di dunia.

Arus kritikan itu tak lain adalah wajah  demokrasi kita, sebagaimana tengah melanda negeri ini. Kritikan adalah jawaban dari rasa prihatin sekaligus rasa peduli dan rasa cinta anak negeri terhadap terhadap sepakbola negeri ini.

Semoga saja, pesan mendalam dan penuh harapan dari seorang Andik  menyadarkan dan menghentikan berbagai perdebatan dan kekisruhan sepakbola di negeri ini . (Muhammad Hasrul).
Share on Google Plus

About Admin

    Blogger Comment
    Facebook Comment