Menikmati Sepotong Surga di Desa Wisata Namu

Pantai Namu di Desa Wisata Namu dengan panorama alam yang eksotik. Dokumen foto milik: RURUHI PROJECT

SULTRANEWS-Tuhan melempar sepotong surga di Namu. Ungkapan itu terlontar dari bibir Yasrin Fior Polingai, penggiat wisata Ruruhi Project, organisasi berbasis komunitas wisata Sulawesi Tenggara. Pria yang aktif dalam perkumpulan agensi wisata local ini seolah menemukan kilau wisata  di desa berpenduduk 112 kepala keluarga tersebut. “Tinggal dipoles maka Namu akan jadi destinasi baru di Sulawesi Tenggara,”ujarnya.

Namu, desa pesisir yang eksotik dengan ragam keindahan alamnya. Letaknya di pesisir, meupakan wilayah administrasi Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan. Pantainya indah dengan hamparan pasir putih. Bawah lautnya pun masih perawan, dengan keindahan terumbu karangnya sehingga cocok menjadi lokasi spot penyelaman, snorkeling maupun diving.

Pantai Namu dengan pasir putih yang menawan menjadi daya tarik wisata alam yang eksotik di Desa Wisata Namu. Dokumen foto milik: RURUHI PROJECT
Di sisi Utara desa terdapat danau biru yang airnya bersumber dari air pegunungan Namu. Danau kecil ini sehari-hari menjadi lokasi permandian anank-anak desa. Masih soal sumber air, sekitar 1 kilometer tepatnya di punggung bukit desa terdapat lokasi wisata air terjun setinggi 10 meter, mirip air terjun Moramo yang berundag-undag. Airnya tidak pernah kering meski di musim kemarau. Hutan alam nan lebat yang masih terjaga kelestariannya dipercaya menjadi penjaga ketersediaan air di wilayah Namu.

Air jatuh Pitundengga salah satu dari banyak obyek wisata di Desa Namu. Dokumentasi Foto milik: RURUHI PROJECT
Kelestarian hutan Namu ini membawa berkah pada kehidupan flora dan pauna di kawasan hutan Namu. Terbukti, aneka satwa dilindungi masih sering dijumpai di kawasan ini, seperti binatang jenis rusa, anoa,kera hitam Sulawesi, rangkong rimba, elang Sulawesi hingga babi hutan. Begitu juga aneka flora endemik yang tumbuh subur di hutan Namu, diantaranya anggrek macan (tiger) corak kuning yang sangat langka. Dalam kamus bunga Indonesia, Anggrek macan merupakan flora dilindungi.


 “Honolulu” Made In Indonesia 

Mungkin tidak berlebihan jika menyandingkan Desa wisata Namu dengan pusat pariwisata dunia Honolulu di Swiss. Setidaknya, persamaan itu terletak pada lengkungan garis pantai yang cukup tajam, pasir putih yang melebar ke laut, serta pantainya ditumbuhi deretan pohon nyiur melambai. Dari lokasi ketinggian kecantikan pantai dan laut Namu akan semakin nampak saat pagi hari dan saat menjelang sore karena pasir yang bersih berkilau tersiram cahaya. Air laut yang biru bening membuat pengunjung dapat menyaksikan dasar laut yang menawan. Di sisi Selatan desa terdapat hamparan pasir putih yang menjorok hingga ke laut. Saat air surut, pasir putih ini menjadi hamparan seluas lapangan sepak bola dan kerap digunakan sebagai lokasi olah raga voly pantai dan bermain bola warga setempat. Dan saat air pasang, pasir putih tenggelam bersama air laut dan cukup cocok sebagai lokasi snorkling.

Salah satu sudut di Obyek Wisata Desa Namu yang benar-benar eksotik. Dokumentasi Foto milik: RURUHI PROJECT

Dalam dunia pariwisata, keindahan alam, ragam budaya dan ketersediaan infrastruktur bukan jaminan orang hadir di sebuah lokasi wisata. Namun lebih dari itu, keramahan dari warga tempat wisata berada merupakan kunci dari segalanya. Modal itu dimiliki Desa Namu, sebab, warga desa bersama pemerintah desa telah bersepakat untuk memajukan desa wisata namu dengan dengan mengedepankan sikap ramah dan kesantunan budaya mereka. Modal itu telah dimiliki warga desa karena keramahan mereka pada pengunjung membuat banyak wisatawan jatuh cinta pada pariwisata di Namu.

Anda mungkin tak menemukan keramahan warga pesisir di tempat lain selain di Desa Namu. Karakter masyarakat yang welcome pada siapapun yang hadir. Ini tak lepas dari budaya etnik yang mendiami kawasan Namu yang terkenal penuh dengan toleransi pada sesama. Etnik Tolaki menjadi etnik mayoritas yang mendiami Desa Namu. Mereka hidup dalam budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat dan berpandangan “Inae kosara Ie pinesara, inae kasara ie nipekasara” yang artinya “Barang siapa yang menjunjung adat ia dihormati, dan siapa yang melanggar adat maka Ia akan mendapat hukuman”.

 Keramahan warga dapat kita saksikan cara mereka menyambut pengunjung yang hadir di Namu. Warga, baik pria maupun wanita, orang tua hingga kanak-kanak selalu akan menebar senyum dan menyapa dengan lemah lembut. Beberapa pengunjung terkesan dengan keramahan warga, mereka berbagi cerita atau pengalaman menginap di Namu. “Saat malam hari, kami duduk di pinggir pantai, beberapa warga melewati lokasi kami duduk, mereka menyapa kami dengan ramah dan saat meleewati jalan mereka benar-benar meminta permisi kepada kami,”kata Anas, wisatawan asal Kendari. Menurut Anas, apa yang dilakukan warga tidak pernah Ia temukan di tempat lain.

Ini Rute ke Namu

Dermaga rakyat yang menjadi pintu masuk ke area wisata pantai Namu. Dokumentasi Foto milik: RURUHI PROJECT
Menjangkau Desa wisata Namu faktanya tidaklah sulit. Dari kendari kita dapat melalui jalur darat dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan rute Kacamatan Moramo - Kolono sampai Desa Langgapulu –Amolengu dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam, lalu menuju dermaga rakyat Desa Langgapulu untuk menyewa kapal nelayan untuk antar ke Desa Namu. Hal ini dilakukan karena belum adanya jalur darat menujuNamu. Jarak tempuh dari Dermaga Langgapulu ke Desa Namu sendiri sekitar 30 menit perjalalan laut. Rute lain yang dapat digunakan yakni ke arah kota lama Kendari ke Dermaga rakyat tempat kapal-kapal Laonti sandar. Dari sana kita akan menggunakan kapal nelayan yang cukup banyak disewakan. Dana yang digunakan untuk berlibur ke Desa Wisata Namu tidak seberapa besar, yakni berkisar 500.000 – 1 juta rupiah per orang. 

Sebagai Desa wisata, sejumlah fasilitas telah tersedia di Desa Namu yakni berupa cottage berupa rumah penduduk yang banyak disewakan warga. Fasilitas MCK juga rata-rata sudah dipersiapkan dengan baik, termasuk ketersediaan air tawar yang cukup melimpah di desa. Beberapa warga juga telah dilatih khusus untuk menjadi guide yang dapat mengantar pengunjung ke lokasi-lokasi wisata alam Namu. Selamat berlibur. (YOSHASRUL/RURUHI PROJECT)
Share on Google Plus

About yoshasrul

    Blogger Comment
    Facebook Comment