Sejarah dan Silsilah Turunan Raja Konawe, Sulawesi Tenggara

 Onia (Rakit) adalah Alat Transportasi Tradisional di Sultra jaman dulu. Koleksi foto Museum. Asal foto: Kendari Over 1928 (Drs.M. Farid Thayeb)
SULTRANEWS-Menarik mengkaji keberadaan silsilah kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tenggara khususnya di wilayah daratan Konawe. Apalagi  selama ini banyak masyarakat yang minim pengetahuan tentang sejarah dan peradaban masyarakat Tolaki di Konawe. Baik dalam ulasan kali ini, SULTRANEWS mencoba menelusuri silsilah yang menggambarkan  turunan raja-raja Konawe sebagaimana diungkap Abdul Hamid Hasan sesepuh masyarakat Tolaki dalam buku Aneka Budaya Sulawesi Tenggara. 

Dalam sejarahnya, turunan raja-raja Konawe  yang diawali dengan orang turunan dari langit (Sangia Ndudu) Tolahianga dapat membawa kita ke abad 8 sebagai permulaan kerajaan ini (sezaman dengan sawerigading). 

Orang tolaki Konawe mengenal Tiga Sangia Ndudu. Pertama Tolahianga, kedua Wekoila dan ketiga Anawai Ngguluri.  Dari silsilah yang diungkap Abdul Hamid Hasan tersebut tercantum Wekoila yang kawin dengan Ramandalangi generasi ke 14 dari Tolahianga, sedangkan Anawaingguluri kawin dengan Oheo  turunan (generasi) ke 7 dari Wekoila  atau generasi ke 21 dari Tolahianga. Tetapi ada pula tradisi konawe yang menyebut  Wekoila sebagai  kerabat dekat dari sawerigading  dari Luwu.

Pada saat munculnya Wekoila daerah Tolaki terbagi atas 3 wilayah yang masing-masing diperintah   oleh Mokole yaitu, Padangguni yang diperintah oleh To Tongano Wonua, Wawolesea dan Besulutu. Wekoila kawin dengan Ramandalangi anak To Tongano Wunua dari Padangguni, yang kemudian diangkat sebagai Raja Konawe yang mempersatukan ketiga wilayah Mokole tersebut dengan pusatnya di Unaaha. 

Pada saat ini mula pertama dikenal Konawe sebagai  nama kerajaan Tolaki.  Wilayah kerajaan Konawe meliputi daerah yang berbatas seleah utara dengan wilayah  Matano dan Tomori, sebelah timur dengan laut Maluku di sebelah selatan dengan selat tiworo dan sebelah barat dengan teluk Bone, kecuali disekitar Kolumba yang menjadi wilayah Mekongga.

Mokole Konawe (wekoila) dibantu seorang pejabat yang disebut  Wati (perdana menteri). Wilayah-wilayah bawahan dikepalai oleh Toono Motuo (orang tua). Tiap Toono Motuo dibantu oleeh pejabat-pejabat sebagai berikut;
a.     Tolea, urusan-urusan adat,
b.    Posudo, mengurus logistic
c.     Tamalaki,panglima perang
d.     Tadu, ahlis strategi

Pada kira-kira abad 15 kerajaan konawe ini ditimpa malapetaka berupa wabah yang hebat, dimana penduduknya hampir punah pada zaman Mokole Lakidende, Mokole ke 5 dari Oheo (anawaingguluri). Di saat itu muncul pula orang hebat dari luar konawe yang dikenal dengan nama Onggabo dan digelari Rundu Lamoa. Dia lalu mengawini putri Mokole yang selamat dari wabah. Atas usahanya kerajaan konawqe dapat direhabilitir. Disusunnya kepemerintahan konawe  kembali dengan berpedoman pada struktur sebelumnya. Wilayah bawahan di bagi dua tingkat yaitu wilayah  Puutobu dan wilayah Toono Motuo. Pembantu Toono Motuo dilengkapi sehingga susunannya sebagai berikut;
a.     Pabitara, urusan pemerintahan/adat
b.    Tadu, urusan perang
c.     Tamalaki, panglima perang
d.     Posudo, bendahara/logistic
e.     Tolea, khusus urusan perkawinan
f.       Mbuawai urusan kesehatan rakyat
g.     Mbuakoi, urusan kepercayaan
h.    Mbusehe, urusan perdamaian

Turunan (silsilah) Onggabo   :

Onggabo    kawin dengan    Pode Suwa (Elu) anak mokole Lakidende. Dari perkawinan itu melahirkan dua anak masing-masing Anamiandapo dan Tanggolawuta. Dari perkawinan keduanya kemudian melahirkan Wealanda (Mbulanda) dan Weandala dan kemudian melahirkan generasi Haluoleo dan Elulanggai. Generasi berikutnya dilahirkan Melamba, Puteo (Bungku), Tawe Niwite (Moronene) dan Tawe Mbinaisa.
Share on Google Plus

About yoshasrul

    Blogger Comment
    Facebook Comment