* Prof Mahmud Hamundu yang Berhasil Operasi Bypass Jantung di Malaysia (1)

Mantan Rektor Universitas Halu Oleo, Prof Ir H Mahmud Hamundu MSc memperlihatkan hasil pemeriksaan cek jantungnya yang dilakukan di  Adventist Hopital Penang. Foto : dok Alex.
Iseng Uji Stres, Ternyata Dokter Memvonis Sakit Jantung
Mantan Rektor Universitas Halu Oleo, Prof Ir H Mahmud Hamundu MSc, tak menyangka acara liburanya bersama sang istri Hj Murni Hamundu di Malaysia bisa berakhir dengan tragis. Awalnya hari-hari penuh ceriah, namun ketika menjelang pulang ke Indonesia, saat iseng melakukan chek up uji stres di Lam Wah Ee Hospital Hospital Penang, ternyata dokter memvonisnya sakit jantung. Dengan vonis dokter tersebut Mahmud akhirnya menjalani operasi bypass jantung di Adventist Hopital Penang.
------------------------------
Minggu, 27 April 2014, rencannya hari terakhir Prof Mahmud dan istrinya berlibur di Penang Malaysia, setelah lebih seminggu berada di negara serumpun itu. Mahmud memilih berliburan di Penang kebetulan anak tertunya Ferdinan (Didi) bekerja sebagai salah satu tenaga information teknology (IT) di salah satu perusahaan di Penang. Hari itu, Mahmud bersama Didi mengantar istrinya ke Lam Wah Ee Hospital untuk melakukan chek up, karena sebelum berangkat ke Malaysia, istrinya sempat sakit.
Rencana pemeriksaan kesehatan istrinya ke Lam Wah Ee Hospital atas saran anaknya Vivi yang kebetulan suaminya seorang dokter bertugas di RSUD Baubau. "Pak mumpung ada di Penang, sekalian saja antar Mama periksa kesehatannya. Menurut informasi rumah sakit di Penang canggih-cangih alatnya dan murah," kata Vivi melalui telepon kepada ayahnya Prof Mahmud, 26 April malam.
Keesokan harinya Prof Mahmud tak buang waktu lagi, langsung mengajak istrinya melakukan pemeriksaan di Lam Wah Ee Hospital, karena menurut Didi, rumah sakit tersebut dikenal paling baik di Penang dan murah biayanya.
Sesampainya di Lam Wah Ee Hospital, Mahmud kagum dengan kebersihan kualitas pelayanan rumah sakit yang dibangun warga China tersebut. Rumah sakitnya ramai dikunjungi pasien, sehingga harus antre untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan.
Istrinya Hj Murni didampingi Didi saat melakukan pemeriksaan kesehatan. Sementara Mahmud mengisi waktu berjalan-jalan sambil melihat fasilitas rumah sakit. Tiba di salah satu unit, Mahmud merasa tertarik, karena unit khusus pemeriksaan uji stres.
"Saya tertarik karena baru saya lihat rumah sakit ada unit pelayanan khusus untuk uji stres. Saya ambil brosurnya dan saya baca. Saya makin tertarik, mendorong saya untuk mendaftar. Akhirnya saya coba mendaftar untuk melakukan pemeriksaan," kata Mahmud ditemui di kediamannya di Jl Ade Irma Nasution Kendari, Sabtu (30/8).
Saat ditemui penulis, Mahmud masih terlalu kuat. Walaupun sudah bisa berjalan, namun masih pada jarak tertentu.
Mahmud menceritakan, ternyata uji stres dilakukan dengan melakukan scaning di seluruh tubuhnya. Scan dilakukan dalam tiga tahap, yakni tahap pertama mulai dari kaki hingga sebatas leher. Tahap kedua khusus bagian kepala. Lalu tahap ketiga pemeriksaan khusus organ tubuh bagian dalam di bagian dada. "Saat kita discan, kita dapat menyaksikan sendiri kondisi seluruh organ tubuh yang ada di dalam, jika ada yang mengalami gejala penyakit kentara dalam layar di hadapan kita. Begitu cangihnya itu alat," kata mantan Komisaris PT Antam Tbk ini.
Ketika melakukan pemeriksaan organ dalam di bagian dada, tiba-tiba dokter tercengang. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan lebih lanjut melalui analisa pada suatu alat yang juga ada dalam ruangan itu. Tak lama kemudian dokter menjelaskan sambil memperlihatkan foto jantungnya yang ada di layar.
Dokter memvonis jika empat jaringan pembuluh darah yang ada di jantungnya sudah mengalami penyempitan dengan tingkat berbeda. Dua jaringan penyempitannya antara 97-98 persen atau tidak berfungsi lagi, sedangkan dua jaringan lainnya tingkat penyempitannya baru sekitar 40 persen.
Melihat hasil scan dan analisanya, dokter langsung menyarankan kepada Mahmud agar segera masuk rumah sakit saat itu juga untuk opname dan menjalani operasi bypass. Yakni memotong jaringan yang mengalami penyempitan dengan jaringan yang sehat yang diambilkan pada bagian tubuh lainnya.
Mahmud kaget, karena selama ini tidak pernah merasakan kelainan pada jantungnya. Namun sebagai insan yang beragama, Mahmud mengembalikannya sama Allah Subhanahu wataala. "Apakah hasil pemeriksaan dokter ini jalan-jalan tuhan. Kita kan bisa bayangkan tadinya hanya iseng-iseng melakukan pemeriksaan, ternyata kemudian hasilnya seperti itu," katanya.
Mahmud mencoba bertanya lagi kepada dokter sekedar meyakin dirinya apakah ucapan dokter itu benar adanya. Ternyata dokter dengan meyakinkan bahwa jaringan jantungnya sesegera mungkin harus mendapat tindakan operasi.
Saat itu juga Mahmud memanggil istri dan anaknya Didi, yang kebetulan sudah selesai melakukan pemeriksaan. Mahmud dengan tenang menyampaikan kepada istri dan anaknya atas peristiwa yang dia lalui, sambil meminta keduanya agar tetap tenang. "Allah maha besar dan maha penolong, Allah akan memberikan pertolongan," kata Mahmud mencoba menenangkan istri dan anaknya.
Mahmud kemudian meminta waktu kepada dokter sebentar dengan alasan menyampaikan informasi itu terlebih dahulu kepada keluarganya. Saat itu juga Mahmud menelpon anak mantunya dr Maman (suami Vivi) di Baubau untuk meminta pendapatnya atas hasil pemeriksaan dokter. Dari balik telepon, Maman menyarankan kepada mertuanya, agar melakukan pemeriksaan di rumah sakit khusus jantung yang ada di Penang, sebagai second opinion.
Mahmud bependapat saran Maman benar. Sehingga dia menyampaikan permohonan kepada dokter sebagai alasan bahwa kedatangannya ke Penang hanya untuk berlibur. Jadi jika dia akan dioperasi, terlebih dahulu harus mendiskusikannya dengan keluarga termasuk untuk kebutuhan dana biaya operasinya. Dokter menyatakan bisa memberikan waktu, tapi sesegera mungkin kembali ke Malaysia untuk segera dioperasi. Dokter tak bisa menjamin penyakit jantungnya bisa bertahan lama.
"Saya tanya ke dokter, berapa lama bisa saya diberi waktu ke Indonesia untuk persiapan dan mengambil dana. Dokternya bilang, saya hanya bisa beri waktu satu bulan, lebih dari itu saya tidak bertanggungjawab. Dia lalu memberikan saya obat yang saya pakai sebagai pertolongan pertama. Saat saya rasa jantung saya kelainan, obat itu saya letak di di bawah lidah saya sambil mengatur napas dengan baik," ujarnya.
Akhirnya dengan sedikit agak tenang, hari itu Mahmud didampingi istrinya tercinta dan anaknya kembali ke rumah anaknya. (Alex/bersambung)
Share on Google Plus

About Editor

    Blogger Comment
    Facebook Comment