![]() |
Amsaad Mbai, Kepala BNPT. foto: |
KENDARI, SULTRANEWS.COM-Berbagai cara dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) RI, untuk mengantisipasi penyebaran paham radikal Islamic State Iraq and Syiria (ISIS) di Indonesia. Kali ini BNPT Pusat melakukan sosialisasi ke sejumlah perguruan tinggi islam.
Ketua BNPT Pusat, Irjen Pol (Pur) Arsyaad Mbai pada pembukaan kuliah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Qaimuddin Kendari, Senin (1/9/2014) mengatakan, kampus harus sebagai tempat kalangan intelektual harus melawan paham radikal ini.
Menurutnya, kampus harus paham betul soal paham radikal radikal itu seperti pembunuhan dan perampokan. "STAIN harus mengkaji itu, supaya bisa berperan di masyakat dan menjelaskannya," ujar Arsyaad Mbai.
Pada paham ISIS itu mereka yakin akan masuk surga jika melakukan pembunuhan, perampokan dana lain-lain. "Yang perlu dikaji ialah paham pengkafiran, mengkafir-kafirkan orang lain dan mengganggap bahwa merekalah yang benar," katanya.
Dikatakan Arsyaad, para pengikut paham radikal itu harus dicabut hak kewarganegaraannya dan itu sah dalam undang-undang kewarganegaraan. Pencegahannya yaitu dari aspek ideologi, politik, perlu ada ketegasan sikap pemerintah dan DPR.
"Saya sarankan agar STAIN mencari buku-buku yang berkaitan dengan paham radikal dan memberikan kekayaan wawasan tentang buruknya paham radikalisme itu," sarannya.
Lebih lanjut Arsyaad menambahkan, organisasi radikal ISIS memiliki potensi tumbuh di Indoensia, khususnya di kantong-kantong yang menjadi basis teroris. Untuk itu ia menghimbau seluruh elemen mewaspadai kehadiran faham radikal tersebut.
"Tidak satu pun negara, agama atau komunitas di muka bumi ini yang menghendaki kehadiran kelompok untuk melakukan pengrusakan maupun pembunuhan," tegasnya.
Untuk mencegah eksistensi aliran radikal di negeri ini tidak cukup dengan hanya mengandalkan BNPT tetapi harus melibatkan pihak-pihak strategis, antara lain, organisasi kemasyarakatan, ulama, tokoh agama termasuk perguruan tinggi.
"BNPT sudah menjalin kemitraan dengan sejumlah perguruan tinggi, lebih khusus lagi dengan perguruan tinggi Islam di Indonesia," kata Ansyaad.
Di tempat yang sama, Kapolda Sultra Brigjen Pol. Arkin Lubis yang juga hadir selaku pembicara mengatakan daerah perbatasan antara Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah (Sulteng) merupakan daerah rawan dimasuki ISIS sebagai tempat persembunyian dan tempat latihan.
"BNPT sudah menjalin kemitraan dengan sejumlah perguruan tinggi, lebih khusus lagi dengan perguruan tinggi Islam di Indonesia," kata Ansyaad.
Di tempat yang sama, Kapolda Sultra Brigjen Pol. Arkin Lubis yang juga hadir selaku pembicara mengatakan daerah perbatasan antara Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah (Sulteng) merupakan daerah rawan dimasuki ISIS sebagai tempat persembunyian dan tempat latihan.
"Olehnya itu ada kerja sama antara pihak kampus, ulama dan polisi dalam membina masyarakat agar tidak ikut-ikutan," tuturnya.
Arkian mengklaim, dari 14 kabupaten/kota di Sultra dengan jumlah penduduk 2,8 juta jiwa, masyarakat masih memegang ideologi pancasila dan belum ada gerakan yang menyimpang.
"Masalah sosial budaya yang kurang dipahami masyarakat, seperti masih memproduksi, mengkonsumsi miras lokal,” katanya.
Arkin menghimbau agar masyarakat di Sultra menolak keberadaan ISIS, sebab aliran ini adalah paham dan gerakan yang terlarang.qq
Blogger Comment
Facebook Comment