Di Balik Nilai Penting Peningkatan Jalan Konsel-Bombana

Jalan yang membelah Taman NAsional Rawa AopaWatumohai (TNRAW) kini beraspal mulus memiliki nilai penting bagi pengembangan ekonomi di dua wilayah kabupaten Konsel dan Bombana. foto: Yoshasrul/sultranews

SULTRANEWS-Pasca penandatangan perjanjian kerjasama antara Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dengan PT Multi Strukture-PT Trifa Abadi, Jo, tahun 2009 pihak kontraktor memulai pekerjaannya. Kegiatan ini dibiayai dari dana proyek The Eastern Indonesia National Road Improvement Project (EINRIP) Australia yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. Pekerjaan pokoknya berupa pembangunan jalan utama Tinanggea-Kasipute sepanjang 21,850 Km yang membelah kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

Jalan Poros Melintas TNRAW Sebagai Zona Khusus

Dalam pengelolaan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, jalan poros yang membelah kawasan termasuk ke dalam zona khusus. Zona khusus adalah bagian dari taman nasional karena kondisi yang tidak dapat dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman nasional antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik (Permenhut No. 56 tahun 2006).

Penetapan areal ini menjadi zona khusus karena memenuhi kriteria sebagaimana diatur oleh Permenhut No. 56 Tahun 2006, yaitu:

Telah terdapat sekelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional;
Telah terdapat sarana prasarana antara lain telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik, sebelum wilayah tersebut ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional;
Lokasi tidak berbatasan dengan zona inti.
Zona khusus Taman Nasional rencananya akan ditingkatkan dengan pengawasan yang ketat, mengingat keberadaannya terletak di dalam kawasan konservasi. Sehingga dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasinya, pihak kontraktor hendaknya memperhatikan dampak-dampak yang mungkin terjadi terhadap keaslian maupun keutuhan Sumber Daya Alam Hayati yang ada di sekitarnya.

Nilai Strategis Perlindungan Satwa

Zona khusus TNRAW memiliki potensi ekologis dalam perlindungan keanekaragaman hayati. Zona ini membelah ekosistem savana sekaligus berdekatan dengan ekosistem mangrove. Areal kiri-kanan zona ini merupakan habitat alami satwa penting Taman Nasional, seperti monyet hitam, rusa, maleo, elang sulawesi, rangkong, Kus-kus,dan Tarsius.

Tercatat setidaknya terdapat tiga jalur jelajah satwa monyet hitam melintasi zona khusus. Zona khusus yang dilintasi antara lain lokasi hutan pendidikan Tatangge (100 m dari pintu gerbang I), sungai pada titik 5 Km dari pintu gerbang I dan Sungai Mandu-mandula (12 Km dari pintu gerbang I). Dalam hal ini, zona khusus berfungsi sebagai penghubung jalur jelajah sebelah kanan dan kiri jalan. Keluarga monyet hitam memiliki perilaku hidup berkelompok, melakukan pergerakan dan selalu berpindah tempat untuk memperoleh makanan. Biasanya jalur jelajah satwa ini berada di sekitar aliran sungai yang banyak ditumbuhi oleh pohon buah-buahan serta tumbuhan pandan.

Zona khusus juga menjadi jalur perlintasan satwa rusa dari ekosistem di sekitar Gunung Watumohai ke arah laut. Biasanya satwa ini melintas dengan tujuan untuk mendapatkan air garam dan tempat berkubang di sekitar hutan mangrove.

Nilai Strategis Perlindungan Habitat Flora

Blok hutan Mandu-mandula yang bersinggungan langsung dengan ekosistem mangrove merupakan habitat alami anggrek alam. Di lokasi ini tumbuh anggrek bulan, anggrek jarum, anggrek merpati, dll. Dari tepi jalan, habitat anggrek ini hanya berjarak sekitar 50 meter.

Nilai Strategis Pengembangan Ekonomi dan Budaya

Sungai Cabang Tiga yang terletak di aliran Sungai Mandu-mandula memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat Tinanggea. Di lokasi ini, masyarakat biasa menyelenggarakan upacara adat Bali. Sungai Cabang Tiga juga dianggap keramat oleh warga Bugis dan Moronene.

Bagi masyarakat Bombana, keberadaan zona khusus memiliki arti sangat penting untuk mendukung pengembangan ekonomi Kabupaten Bombana. Zona ini merupakan jalur terpendek yang menuju Ibukota Propinsi Sultra di Kendari. Masyarakat ini biasa memanfaatkan untuk tujuan perdagangan dan distribusi produk pertanian keluar masuk Kabupaten Bombana. Pasca penemuan tambang emas di Tahite, terjadi peningkatan frekuensi pengguna jalan yang sebelumnya hanya berkisar ± 3 kendaraan/jam meningkat menjadi ± 10 kali lipatnya.

Seiring menggeliatnya perekonomian Kabupaten Bombana, terjadi pula peningkatan frekuensi kendaraan roda empat yang melintas di zona khusus. Tingginya frekuensi Kendaraan plat kuning sebagai alat angkut penumpang menandakan kebutuhan mobilitas masyarakat Bombana semakin tinggi. Dengan adanya peningkatan jalan, diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah para pengguna zona khusus di masa mendatang.

Prospek Pengembangan Ekowisata

Ke depan, pengelolaan zona khusus dapat diarahkan untuk pengembangan ekowisata. Hal ini didukung oleh keberadaan potensi flora-fauna di sekitarnya dan didukung oleh panorama savana Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Sehingga dalam pengelolaan tersebut perlu didukung oleh sarana prasarana pengunjung yang memadai.

Dengan difasilitasi Dirjen Bina Marga, Balai TNRAW bekerjasama dengan Kontraktor Pelaksana Proyek EINRIP dalam pengembangan sarana prasarana penunjang ekowisata TNRAW sebagai pendukung pengembangan zona Khusus. Fasilitas yang akan dibangun antara lain 2 buah pintu gerbang di palang I dan palang II, plaza sebagai tempat parkir pengunjung, trotoar sebagai penghubung plaza dengan hutan pendidikan Tatangge, papan interpretasi wisata di sepanjang kiri kanan zona khusus dan pos jaga yang dapat berfungsi sebagai pos pemeriksaan sekaligus pelayanan pengunjung.

Pengembangan ekowisata sepanjang zona khusus ini dapat mendorong peningkatan PNBP dari sektor wisata. Sekaligus membuka celah bagi investor untuk melakukan pengembangan ekowisata melalui pengelolaan kolaboratif bersama Balai TNRAW. Investor dapat berupa instansi pemerintah/Pemda, BUMN, BUMD maupun swasta. Pengelolaan kolaboratif ini dimungkinkan melalui aturan Permenhut No. P.19 Tahun 2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan KSA dan KPA dan Kepmenhut nomor 390 tahun 2003 tentang kerjasama di Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Mitigasi Dampak Peningkatan Jalan

Meskipun nilai positipnya terbilang tidak sedikit, secara langsung maupun tidak langsung aktivitas peningkatan jalan Tinanggea-Kasipute akan berdampak terhadap pengelolaan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dan juga sektor-sektor lain. Diperlukan mitigasi untuk mencegah dan mereduksi dampak- dampak yang ada agar tidak mengganggu tujuan pengelolaan TNRAW.

Upaya mitigasi dampak tidak akan berarti jika para pihak yang berperan dalam pelaksanaan pekerjaan tidak berkomitmen dengan rencana yang telah dibuat. Sehingga diperlukan pengawasan dan evaluasi rutin sebagai upaya pemantauan perkembangan pada masa konstruksi dan pasca konstruksi. Semoga dengan adanya peningkatan jalan di sepanjang zona khusus tidak menjadi boomerang bagi pengelolaan kawasan TNRAW di masa-masa mendatang. (Dwi Puto Sugiarto)

)
Share on Google Plus

About yoshasrul

    Blogger Comment
    Facebook Comment