Saat Transportasi Rakit Kembali Populer


Rakit menjadi moda transportasi andalan sejak musibah banjir tejadi di Kecamatan Laeya, Konawe Selatan. Tampak kendaraan roda dua diangkut menggunakan rakit milik warga. foto: Yoshasrul/sultranews.com


KONSEL,SULTRANEWS-Rati (60 tahun) nampak sibuk. Matanya yang tua nampak serius mengamati celah kecil disetiap potongan bambu. Melalui lubang-lubang kecil itu seutas tali rotan dililit untuk mengikat setiap potongan bambu dengan sebatang  kayu yang berfungsi sebagai palang agar menyatu dan kuat.

Rati pembuat rakit di Laeya. foto: yos/sultranews.com
Pagi itu, Rati tak sendiri, Ia ditemani anaknya, Udi (30 tahun). Keduanya terus memintal bambu-bambu menjadi sebuah rakit."Sudah hampir kelar,"katanya. Tepat menjelang siang rakit pekerjaan rakit akhirnya kelar dan langsung diturunkan ke sungai. Tak cukup waktu lama, rakit milik ratik berhasil mendulang rupiah.  
 
Ya, Sepekan belakangan hidup sebagian warga Konawe Selatan seolah kembali ke jaman bahuela. Rakit bambu tiba-tiba kembali populer sebagai moda transportasi di wilayah itu. Ini tentu bukan tanpa sebab, mengingat   akses jalan darat yang selama ini menghubungkan kawasan laut Torobulu ini terputus dan sama sekali tak bisa lagi  dilewati kendaraan roda empat. Jalur yang terputus berada di Kelurahan Ambalodangge. "Bukan jembatan yang rusak tetapi tanah tempat jembatan mengapit yang ambrol,"kata Mada, warga Ambalodangge.

Nah, bagi warga sekitar dan pengguna roda dua, tak ada pilihan lain selain naik rakit. Sedikitnya terdapat sepuluh buah rakit berukuran empat kali dua  meter yang siap melewati arus sungai yang deras. Rakit-rakit ini digilir satu persatu mengangkut penumpang.

Warga Ambalodangge berebut rejeki di tengah musibah banjir. foto:yos/sultranews.com
Bisnis dadakan ini memang begitu menggiurkan. Betapa  setiap orang yang hendak lewat menggunakan rakit ditarik tarif sebesar 10 ribu. Dan untuk satu kendaraan bermotor sebesar 30 ribu rupiah. "Warga benar-benar panen uang dari sungai ini,"ujar Mada. Tak hanya rakit, sebagian warga juga mendatangkan perahu untuk mengangkut penumpang.

Sejak musibah melanda warga sekitar sungai Laeya benar-benar mendulang rejeki, diperkirakan seharinya setiap pemilik rakit mampu meraup uang jutaan rupiah. Sebuah biaya yang pantas dari sebuah kerja  keras menantang maut di sungai deras dan dingin.     Sayang sejak beroperasi banyak dari pemilik rakit tidak menjalankan ibadah puasa. Mereka bebas merokok dan minum saat bekerja.

Diperkirakan  menjelang lebaran tiba nanti, pengguna rakit akan semakin meningkat, terutama para pemudik yang hendak menyeberang ke Kabupaten Muna dan Baubau. Yos
Share on Google Plus

About yoshasrul

    Blogger Comment
    Facebook Comment