Pelajar SMA Negeri 3 Konsel berjuang mengirim bantuan ke lokasi bencana. Kegiatan amal yang patut ditiru oleh pelajar lain di Sultra. foto: Yoshasrul/sultranews.com |
Hari menjelang
siang. Puluhan pelajar nampak begitu bersemangat turun dari mobil pickup. Sebagain dari mereka berseragam sekolah, sedang yang lain berpakaian bebas rapi. Mereka adalah pelajar SMA Negeri 3 Konsel yang hendak mengantar bantuan ke desa seberang. "Ayo cepat kita harus menurunkan logistik,"teriak teriak Sabrillah Taridala, pimpinan rombongan.
Setiap orang mendapat jatah memikul logistik, lalu mulai berjalan melewati reruntuhan rumah dan pekuburan kecil dipinggir sungai. Sekitar dua puluh meter, para relawan muda ini mulai menuruni jalan terjal bekas tanah yang ambrol. Lalu dengan berhati-hati menurunkan logistik berisi bahan makanan yang sudah dikemas dalam kantong –plastik melalui jalan kecil di bibir jurang, tepat di sisi kiri sungai Laeya. “Hati-hati jalan licin di depan,”teriak Sabri memberi instruksi.
Setiap orang mendapat jatah memikul logistik, lalu mulai berjalan melewati reruntuhan rumah dan pekuburan kecil dipinggir sungai. Sekitar dua puluh meter, para relawan muda ini mulai menuruni jalan terjal bekas tanah yang ambrol. Lalu dengan berhati-hati menurunkan logistik berisi bahan makanan yang sudah dikemas dalam kantong –plastik melalui jalan kecil di bibir jurang, tepat di sisi kiri sungai Laeya. “Hati-hati jalan licin di depan,”teriak Sabri memberi instruksi.
Di saat yang sama,
belasan pemuda juga tiba memikul puluhan karung berisi pakaian bekas dan
selimut. Seluruh bantuan digotong bersama, dioper dari tangan ke tangan hingga
akhirnya tiba ke pinggir sungai untuk diangkut ke perahu.
Distribusi bantuan ke perahu. foto: Yos/sultranews.com |
Di langit awan
nampak kurang bersahabat. Awan hitam tebal bergulung-gulung, menjatuhkan ribuan
air diantara pepohonan yang lebat. Meski
begitu para relawan terus bekerja mengatur sisa logistic ke atas kapal. Satu
jam kemudian seluruh logistic selesai terangkut.
Namun, ada perasaan
was-was dari para pelajar saat bantuan melewati sungai. Sungai yang lumayan dalam
dan lebar itu memiliki arus yang deras. Agar bisa lewat, pemilik perahu mengikat
ujung tuas kapal menggunakan tali tambang di bebatuan besar di ujung sungai.
Dari tali itulah perahu ditarik perlahan melewati derasnya arus. Perahu harus bolak-balik
menyeberangkan seluruh bantuan sebesar satu ton itu sebanyak 3 kali.
"Menyeberang sungai ini merupakan tantangan tersendiri,”ucap Andi, Ketua Osis SMA Negeri 3 Konsel.
Di seberang sungai
logistic lalu dibongkar ulang dan diangkut beramai-ramai ke tiga mobil pickup yang sudah menunggu di jalan raya. Perjuangan
yang benar-benar melelahkan yang dialami para relawan. Puasa tak menghalangi mereka
untuk terus bergerak mencapai lokasi korban
banjir.
Pelajar membawa bantuan langsung ke lokasi bencana. foto:yos/sultranews.com |
“Sudah tiga hari saya dan teman-teman bekerja, mulai dari mengumpulkan bantuan
hingga mengemasnya ke dalam kantung
plastik dan karung,”ungkap Andi. . Bantuan diperoleh pelajar dari para donatur di Kecamatan Laeya, seperti kelompok pedagang dan tokoh masyarakat menyumbang dengan suka rela. "Alhamdulillah kita berhasil mengumpulkan 250 paket bantuan untuk 250 KK,"ujarnya. Agar efektif bekerja para pelajar mendirikan posko di Kelurahan Punggaluku sebagai lokasi pengepakan barang.
Banjir yang
merendam Dua Desa di Kecamatan Laeya membuat banyak orang berempati. Tak
terkecuali para pelajar di daerah itu. Namun untuk menjangkau daerah banjir
tidaklah mudah. Kondisi dua desa masih
terisolir akibat putusnya jalur transportasi, membuat daerah sulit diakses.
Pada banjir pekan lalu, tanah yang berfungsi sebagai penahan sekaligus
pengapit jembatan sungai laeya ambrol sejauh lima puluh meter.
Meski penuh
dengan tantangan para pelajar akhirnya berhasil membawa bantuan dan membagikan
pada 250 KK korban banjir di Desa Laeya dan 35 KK untuk Kelurahan Ambesea.
Bantuan yang diberikan terdiri, bahan makanan, baju dan selimut ini TIM
Blogger Comment
Facebook Comment