Belajar dari Keramahan Petugas RS Wahidin Makassar

Salah satu aktifitas di RSUD Bahteramas Sulawesi Tenggara. foto: YOSHASRUL
SULTRANEWS-Pesawat Wings Air mendarat mulus di Bandara Hasanudin Makassar. Kami bertiga (saya, isteri dan mertua perempuanku) turun dengan lega. Dari bandara kami langsung menuju Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo menggunakan taksi. Setengah jam perjalanan kami tiba di RS Wahidin. Di sana sudah menunggu seorang kerabat yang kebetulan tinggal menetap di Makassar. Dia menemani sekaligus membantu kami berurusan di rumah sakit terbaik di Provinsi Sulawesi Selatan. 


Ini kali pertama saya ke RS Wahidin, meski telah berkali-kali menginjakkan kaki di kota daeng. “Kesan pertama begitu menggoda” begitu kata iklan sebuah produk pengharum yang biasa diputar di televisi.
Menggoda memang iya, sebab RS Wahidin memberi kesan baik kepada para pasien maupun keluarga pasien. Selain bersih juga disetiap sudut dipasang sejumlah tagline wajib senyum. ” Melayani dengan hati”, “Sudahkah kita senyum hari ini” deretan kalimat ini tertulis hampir diseluruh pintu masuk RS. Begitu pula dengan para perawat dan dokter selalu murah senyum dan melayani dengan baik setiap pasien. Kondisi yang berbeda jauh dgn RS Bahteramas kendari yang wajah dokter dan perawat selalu masam.

Saya menemukan perbedaan yang cukup jauh, dari pelayanan rumah sakit di Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Rumah sakit benar-benar bersih, tak ada potongan sampah yang berseliweran di lantai maupun halaman rumah sakit. Di setiap sudut,  tempat sampah tersedia dan selalu dibersihkan. Begitu juga taman-taman bunga tertata baik. Pengunjung seolah dimanjakan keindahan . Dan paling membuat saya berkesan ketika berjalan sepanjang koridor rumah sakit tak satu pun bau busuk menyengat yang tercium di sana, sirkulasi udara terjaga dengan baik tanpa bau obat maupun bau sampah. Tak seperti rumah sakit Bahteramas sepanjang rumah sakit yang tercium bau obat-obatan  dan bau sampah. Nampaknya pihak manajemen rumah sakit mempriotaskan penataan lingkungan rumah sakit dengan sangat baik.

Saat berjalan-jalan ke ruang IGD Wahidin saya menangkap kesan positif, tak seperti umumnya ruang  IGD beberapa rumah sakit di kendari, dimana pasien menumpuk, mau itu pasien kecelakaan, ibu hamil, pasien jantung berbaur menjadi satu. Bahkan,  ranjang pasien kecelakaan tampak masih dipenuhi  darah dan  ranjang itu pula yang diberikan untuk pasien diare.
Suasana di RSUD Bahteramas Sulawesi Tenggara. foto: YOSHASRUL

Di RS Wahidin, kita tak akan menemukan penumpukan pasien dalam satu ruangan. Petugas medis bergerak dengan cepat  memberi prioritas penanganan cepat para pasien. Urusan keselamatan pasien menjadi prioritas utama, dan urusan administrasi itu urusan ke dua. Berbanding terbalik dengan rumah sakit di bumi anoa, dimana urusan administrasi menjadi prioritas ketimbang  keselamatan pasien.

Di RS Wahidin, tak ada perawat yang bertugas sebagai medis. Perawat hanya difungsikan sebagai tenaga administrasi, membersihkan ruang dan menjaga pasien . Pelayanan  pasien semua ditangani tim dokter. Tenaga dokter di Wahidin memiliki tiga tingkatan, terdiri dokter coass atau dokter muda, dokter tingkat ahli madya dan dokter utama yang rata-rata sudah bergelar profesor di bidangnya. Tiga tingkatan dokter inilah yang  kemudian bekerja secara professional menangani pasien. Berbanding terbalik dengan  RS di Kendari yang hampir seluruh kegiatan medis dilakukan oleh tenaga perawat .

Pelayanan administrasi rumah sakit wahidin tak butuh waktu lama, antrian pasien terjadi sebentar saja,  baik untuk mengambil kartu pasien maupun adminsitrasi lainnya. Saya menghitung hanya ada lima sampai sepuluh menit saja menunggu, selanjutnya pasien bisa langsung ke poli perawatan. Tak ada tenaga perawat berseliweran, apalagi bermain hape.

Saya pikir tak perlu para anggota dewan maupun pemerintah Sultra melakukan studi banding jauh-jauh soal kesehatan ke  Jakarta atau luar negeri sana, cukup ke Makassar. RS di kota daeng sudah cukup baik dan professional melaksakan pelayanan kesehatan, bahkan tanpa embel-embel internasional. Seperti kata Menteri Kesehatan, rumah sakit tak perlu besar, tak pelu embel-embel internasional, cukup pelayanan yang baik, tenaga  medis yang ramah dan lingkungan rumah sakit yang bersih, pasien dan keluarga pasein pasti akan betah.

Menteri Kesehatan saat dijabat Nafsiah Mboi, Sp.A,MPH pernah  melayangkan kritikan pedas pada   konsep pembangunan RS Bahteramas yang dianggap kuno.Menurutnya, Sebagaimana ditulis Koran Harian Kendari Pos, RS tidak harus besar, namun tepenting rapi, hijau, bersih dan aksesnya mudah. “Satu ruangan ke ruangan lainnya berjauhan kayak gini. Ini kok bikin lelah, baik perawat apalagi pasiennya. Terlalu jauh koridor. Konsep RS modern itu yang utama rapi,”tukasnya kepada wartawan saat mengunjungi  RS kebanggaan Pemrov Sultra itu.

Kunjungan Menkes didampingi Gubernur Sultra Nur Alam mengelilingi ruangan dan areal RS.   Selain konsep bangunan yang dinilai kurang efektif karena letaknya  berjauhan, ia juga menyoroti banyaknya genangan air. “Ini kubangan air bisa menimbulkan jentik nyamuk. Nanti tolong diperhatikan,” ungkapnya, sambil menunjuk kubangan air bekas galian yang belum ditimbun.
RSUD Bahteramas. foto: YOSHASRUL

Seolah penasaran dengan kondisi RS Bahteramas yang sebelumnya telah ia baca melalui media, satu persatu ruang perawatan didatangi. Meski tidak terlalu banyak komentar, namun dari raut wajahnya tersirat jelas jika Menkes agak kecewa dengan kondisi RS yang diklaim bertaraf internasional. Sayangnya, ketika dicegat wartawan  mengenai hasil pantauannya, gubernur  yang kebetulan mendampingi buru-buru menjelaskan bahwa pihaknya akan segera memperbaharui sejumlah kekurangan di RS. Menkes pun tak memberi komentar  lalu berjalan menuju kendaraan dinas yang sudah disiapkan.

Sebelumnya, saat dikonfirmasi usai pelaksanaan Rakor Kesehatan di salah satu hotel, kemarin, ia mengatakan RS itu harusnya memberi efek 50 persen bagi pelayanan pasien. Jadi, mestinya hal ini prioritas, termasuk kemampuan teknis dari perawatnya. “Sebenarnya, yang membuat cepat sembuh itu adalah soal lingkungan dan sapaan manusiannya. Setelah itu kemampuan dokternya,” ujarnya, sambil menyebut hal ini disampaikannya terkait dengan pemberitaan media soal pelayanan kurang maksimal dari RS.

Olehnya itu, ia mengaku sangat menghargai pernyataan gubernur yang kembali menyadari bahwa RS besar itu tidak terlalu penting, namun paling utama soal mutunya. “Makanya, kita sarankan kalau perlu stop dulu pembangunannya. Fokus dulu pada peningkatan mutu pelayanan. Anggaran yang ada digunakan dulu meningkatkan pelayanan itu, termasuk dana BLUD untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan,” ungkapnya.

Nur Alam mengakui  pembangunan RS  baru sekitar 50 persen lebih. Dalam waktu dekat rencananya akan dilanjutkan pembangunannya. Soal konsep RS yang dianggap kuno oleh Menkes, ia punya argumen sendiri. “Lahan rumah sakit ini sangat luas, sehingga konsepnya seperti ini,” katanya.

Memang hal ini cukup beralasan, kalau patokannya kota besar seperti Jakarta, tentu tidak bisa disamakan, karena di sana lahannya sempit sehingga model membangunnya bukan menyebar tapi ke atas. Termasuk soal koridor yang panjang, memang diakui cukup jauh, namun dihubungkan dengan jalan pintas sehingga bisa efektif. “Semua ruangan saling berhubungan dengan koridor sehingga bisa lebih cepat aksesnya,” jelasnya, diamini direktur RSU Bahteramas, dr.Nurjayadin.

Kedatangan Menkes beserta jajarannya di Sultra dalam rangka kunjungan kerja, 13 dan 14 Mei 2013. Sultra merupakan provinsi ke-27 yang sudah dikunjungi. Kunjungan ke RSU Bahteramas merupakan agenda terakhir, setelah sebelumnya menggelar  rapat koordinasi dengan Dinkes kabupaten/kota se Sultra. “Ini rumah sakit bagus, sayang kalau tidak didukung dengan pelayanan yang baik,” pesan Menkes pada semua perawat sambil meninggalkan lobi RS menuju bandara.

Kritikan Menkes Nafsiah Mboi, Sp.A,MPH soal RS Bahteramas yang dinilai kuno sempat bergulir bak bola panas.  Kabag Humas Pemrov Sultra  Kusnadi angkat bicara. Melalui media massa Kendari Pos Ia menjelaskan, RS Bahteramas berada di lahan dengan luas 17 hektar. Nah, konsep bangunannya dibuat dengan saling menghubungkan antar ruang satu dengan lainnya, melalui koridor.

“Dikatakan koridor itu panjang, tapi cukup efektif karena berhubung dari ruangan satu ke lainnya. Tidak ada yang tidak berhubungan. Jadi itulah konsep bangunan yang berdiri di lahan 17 hektar dengan tujuan mengutamakan efisiensi dan efektivitas anggaran,”katanya.

Lantas bagaimana dengan kubangan air dan masih ada beberapa ruangan  yang belum finishing? RS tersebut  belum rampung keseluruhan.Masih ada beberapa bangunan dan perbaikan sarana dan prasarana yang ada. “Jadi perlu diketahui RS Bahteramas belum rampung. Jangan sampai masyarakat menilai semua sudah rampung,”tukas Kusnadi lagi.

RS Bahteramas dengan konsep Garden Hospital direncanakan akan menjadi rumah sakit umum kelas B dengan kapasitas 500 tempat tidur. RS tersebut akan menjadi rujukan daerah lain di sekitar seperti Sulteng, Maluku dan Papua. Karena itu, pemerintah terus melakukan pembenahan dan peningkatan sarana prasarana.
Nah, ini dari segi fasilitas dan bangunan fisiknya. Masyarakat juga, menurut dia  perlu mengetahui bahwa  perbaikan derajat kesehatan saat ini cukup baik. Beberapa upaya dilakukan seperti pembangunan Puskesmas dari 172 unit tahun 2007 menjadi 252 unit tahun 2012. Jumlah rumah sakit juga bertambah dari   21 unit menjadi 25 unit.  Tenaga dokternya juga demikian,  dari 202  menjadi 429 dokter.

“Kami terus tingkatkan mutu pelayanan dengan menyiapkan tenaga dokter spesialis dan didukung peralatan modern. Demikian juga masalah lingkungan akan terus dilakukan penghijauan,”katanya. ***

Share on Google Plus

About yoshasrul

    Blogger Comment
    Facebook Comment