Salah satu aktifitas di RSUD Bahteramas Sulawesi Tenggara. foto: YOSHASRUL |
Ini
kali pertama saya ke RS Wahidin, meski telah berkali-kali menginjakkan kaki di
kota daeng. “Kesan pertama begitu menggoda” begitu kata iklan sebuah produk
pengharum yang biasa diputar di televisi.
Menggoda memang iya, sebab RS
Wahidin memberi kesan baik kepada para pasien maupun keluarga pasien. Selain bersih
juga disetiap sudut dipasang sejumlah tagline wajib senyum. ” Melayani dengan
hati”, “Sudahkah kita senyum hari ini” deretan kalimat ini tertulis hampir
diseluruh pintu masuk RS. Begitu pula dengan para perawat dan dokter selalu
murah senyum dan melayani dengan baik setiap pasien. Kondisi yang berbeda jauh
dgn RS Bahteramas kendari yang wajah dokter dan perawat selalu masam.
Saya menemukan perbedaan yang cukup
jauh, dari pelayanan rumah sakit di Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Rumah sakit
benar-benar bersih, tak ada potongan sampah yang berseliweran di lantai maupun
halaman rumah sakit. Di setiap sudut, tempat sampah tersedia dan selalu
dibersihkan. Begitu juga taman-taman bunga tertata baik. Pengunjung seolah
dimanjakan keindahan . Dan paling membuat saya berkesan ketika berjalan
sepanjang koridor rumah sakit tak satu pun bau busuk menyengat yang tercium di
sana, sirkulasi udara terjaga dengan baik tanpa bau obat maupun bau sampah. Tak
seperti rumah sakit Bahteramas sepanjang rumah sakit yang tercium bau obat-obatan
dan bau sampah. Nampaknya pihak manajemen rumah sakit mempriotaskan penataan
lingkungan rumah sakit dengan sangat baik.
Saat berjalan-jalan ke ruang IGD
Wahidin saya menangkap kesan positif, tak seperti umumnya ruang IGD
beberapa rumah sakit di kendari, dimana pasien menumpuk, mau itu pasien
kecelakaan, ibu hamil, pasien jantung berbaur menjadi satu. Bahkan,
ranjang pasien kecelakaan tampak masih dipenuhi darah dan
ranjang itu pula yang diberikan untuk pasien diare.
Suasana di RSUD Bahteramas Sulawesi Tenggara. foto: YOSHASRUL |
Di RS Wahidin, kita tak akan
menemukan penumpukan pasien dalam satu ruangan. Petugas medis bergerak dengan
cepat memberi prioritas penanganan cepat para pasien. Urusan keselamatan
pasien menjadi prioritas utama, dan urusan administrasi itu urusan ke dua.
Berbanding terbalik dengan rumah sakit di bumi anoa, dimana urusan administrasi
menjadi prioritas ketimbang keselamatan pasien.
Di RS Wahidin, tak ada perawat yang
bertugas sebagai medis. Perawat hanya difungsikan sebagai tenaga administrasi,
membersihkan ruang dan menjaga pasien . Pelayanan pasien semua ditangani
tim dokter. Tenaga dokter di Wahidin memiliki tiga tingkatan, terdiri dokter
coass atau dokter muda, dokter tingkat ahli madya dan dokter utama yang
rata-rata sudah bergelar profesor di bidangnya. Tiga tingkatan dokter inilah
yang kemudian bekerja secara professional menangani pasien. Berbanding
terbalik dengan RS di Kendari yang hampir seluruh kegiatan medis
dilakukan oleh tenaga perawat .
Pelayanan administrasi rumah sakit
wahidin tak butuh waktu lama, antrian pasien terjadi sebentar saja, baik
untuk mengambil kartu pasien maupun adminsitrasi lainnya. Saya menghitung hanya
ada lima sampai sepuluh menit saja menunggu, selanjutnya pasien bisa langsung
ke poli perawatan. Tak ada tenaga perawat berseliweran, apalagi bermain hape.
Saya pikir tak perlu para anggota
dewan maupun pemerintah Sultra melakukan studi banding jauh-jauh soal kesehatan
ke Jakarta atau luar negeri sana, cukup ke Makassar. RS di kota daeng
sudah cukup baik dan professional melaksakan pelayanan kesehatan, bahkan tanpa
embel-embel internasional. Seperti kata Menteri Kesehatan, rumah sakit tak
perlu besar, tak pelu embel-embel internasional, cukup pelayanan yang baik,
tenaga medis yang ramah dan lingkungan rumah sakit yang bersih, pasien
dan keluarga pasein pasti akan betah.
Menteri Kesehatan saat dijabat Nafsiah Mboi,
Sp.A,MPH pernah melayangkan kritikan pedas pada konsep pembangunan RS
Bahteramas yang dianggap kuno.Menurutnya, Sebagaimana ditulis Koran Harian Kendari Pos, RS tidak harus besar, namun
tepenting rapi, hijau, bersih dan aksesnya mudah. “Satu ruangan ke ruangan
lainnya berjauhan kayak gini. Ini kok bikin lelah, baik perawat apalagi
pasiennya. Terlalu jauh koridor. Konsep RS modern itu yang utama rapi,”tukasnya
kepada wartawan saat mengunjungi RS kebanggaan Pemrov Sultra itu.
Kunjungan Menkes didampingi Gubernur
Sultra Nur Alam mengelilingi ruangan dan areal RS. Selain konsep
bangunan yang dinilai kurang efektif karena letaknya berjauhan, ia juga
menyoroti banyaknya genangan air. “Ini kubangan air bisa menimbulkan jentik
nyamuk. Nanti tolong diperhatikan,” ungkapnya, sambil menunjuk kubangan air
bekas galian yang belum ditimbun.
RSUD Bahteramas. foto: YOSHASRUL |
Seolah penasaran dengan kondisi RS
Bahteramas yang sebelumnya telah ia baca melalui media, satu persatu ruang
perawatan didatangi. Meski tidak terlalu banyak komentar, namun dari raut
wajahnya tersirat jelas jika Menkes agak kecewa dengan kondisi RS yang diklaim
bertaraf internasional. Sayangnya, ketika dicegat wartawan mengenai hasil
pantauannya, gubernur yang kebetulan mendampingi buru-buru menjelaskan
bahwa pihaknya akan segera memperbaharui sejumlah kekurangan di RS. Menkes pun
tak memberi komentar lalu berjalan menuju kendaraan dinas yang sudah
disiapkan.
Sebelumnya, saat dikonfirmasi usai
pelaksanaan Rakor Kesehatan di salah satu hotel, kemarin, ia mengatakan RS itu
harusnya memberi efek 50 persen bagi pelayanan pasien. Jadi, mestinya hal ini
prioritas, termasuk kemampuan teknis dari perawatnya. “Sebenarnya, yang membuat
cepat sembuh itu adalah soal lingkungan dan sapaan manusiannya. Setelah itu kemampuan
dokternya,” ujarnya, sambil menyebut hal ini disampaikannya terkait dengan
pemberitaan media soal pelayanan kurang maksimal dari RS.
Olehnya itu, ia mengaku sangat
menghargai pernyataan gubernur yang kembali menyadari bahwa RS besar itu tidak
terlalu penting, namun paling utama soal mutunya. “Makanya, kita sarankan kalau
perlu stop dulu pembangunannya. Fokus dulu pada peningkatan mutu pelayanan.
Anggaran yang ada digunakan dulu meningkatkan pelayanan itu, termasuk dana BLUD
untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan,” ungkapnya.
Nur Alam mengakui pembangunan
RS baru sekitar 50 persen lebih. Dalam waktu dekat rencananya akan
dilanjutkan pembangunannya. Soal konsep RS yang dianggap kuno oleh Menkes, ia
punya argumen sendiri. “Lahan rumah sakit ini sangat luas, sehingga konsepnya
seperti ini,” katanya.
Memang hal ini cukup beralasan,
kalau patokannya kota besar seperti Jakarta, tentu tidak bisa disamakan, karena
di sana lahannya sempit sehingga model membangunnya bukan menyebar tapi ke
atas. Termasuk soal koridor yang panjang, memang diakui cukup jauh, namun
dihubungkan dengan jalan pintas sehingga bisa efektif. “Semua ruangan saling
berhubungan dengan koridor sehingga bisa lebih cepat aksesnya,” jelasnya,
diamini direktur RSU Bahteramas, dr.Nurjayadin.
Kedatangan Menkes beserta jajarannya
di Sultra dalam rangka kunjungan kerja, 13 dan 14 Mei 2013. Sultra merupakan
provinsi ke-27 yang sudah dikunjungi. Kunjungan ke RSU Bahteramas merupakan
agenda terakhir, setelah sebelumnya menggelar rapat koordinasi dengan
Dinkes kabupaten/kota se Sultra. “Ini rumah sakit bagus, sayang kalau tidak
didukung dengan pelayanan yang baik,” pesan Menkes pada semua perawat sambil
meninggalkan lobi RS menuju bandara.
Kritikan Menkes Nafsiah Mboi,
Sp.A,MPH soal RS Bahteramas yang dinilai kuno sempat bergulir bak bola panas.
Kabag Humas Pemrov Sultra Kusnadi angkat bicara. Melalui media
massa Kendari Pos Ia menjelaskan, RS Bahteramas berada di lahan dengan luas 17
hektar. Nah, konsep bangunannya dibuat dengan saling menghubungkan antar ruang
satu dengan lainnya, melalui koridor.
“Dikatakan koridor itu panjang, tapi
cukup efektif karena berhubung dari ruangan satu ke lainnya. Tidak ada yang
tidak berhubungan. Jadi itulah konsep bangunan yang berdiri di lahan 17 hektar
dengan tujuan mengutamakan efisiensi dan efektivitas anggaran,”katanya.
Lantas bagaimana dengan kubangan air
dan masih ada beberapa ruangan yang belum finishing? RS tersebut
belum rampung keseluruhan.Masih ada beberapa bangunan dan perbaikan sarana dan
prasarana yang ada. “Jadi perlu diketahui RS Bahteramas belum rampung. Jangan
sampai masyarakat menilai semua sudah rampung,”tukas Kusnadi lagi.
RS Bahteramas dengan konsep Garden
Hospital direncanakan akan menjadi rumah sakit umum kelas B dengan kapasitas
500 tempat tidur. RS tersebut akan menjadi rujukan daerah lain di sekitar
seperti Sulteng, Maluku dan Papua. Karena itu, pemerintah terus melakukan
pembenahan dan peningkatan sarana prasarana.
Nah, ini dari segi fasilitas dan
bangunan fisiknya. Masyarakat juga, menurut dia perlu mengetahui
bahwa perbaikan derajat kesehatan saat ini cukup baik. Beberapa upaya
dilakukan seperti pembangunan Puskesmas dari 172 unit tahun 2007 menjadi 252
unit tahun 2012. Jumlah rumah sakit juga bertambah dari 21 unit
menjadi 25 unit. Tenaga dokternya juga demikian, dari 202
menjadi 429 dokter.
“Kami terus tingkatkan mutu
pelayanan dengan menyiapkan tenaga dokter spesialis dan didukung peralatan
modern. Demikian juga masalah lingkungan akan terus dilakukan
penghijauan,”katanya. ***
Blogger Comment
Facebook Comment