![]() |
Kiprah Hj Kasmawati Kasim tak hanya di Sultra, tapi juga di Jakarta, ia juga dipercaya sebagai Ketua Komite SDN 03 Pagi Grogol, Jakarta Selatan. Foto : dok Facebook Kasmawati Kasim Marewa |
KENDARI, SULTRANEWS.COM - Caleg DPR RI Partai Bulan Bintang (PBB) Hj Kasmawati Kasim M SE tak mau sesumbar dengan janji dalam kampanyenya. Dia pun tak perlu jor-joran menggunakan semua sumber dayanya untuk merebut satu kursi di Senayan. Hj Kasmawati lebih memilih cooling down dalam mensosialisasikan dirinya di Dapil Sulawesi Tenggara (Sultra).
Buktinya, ibu dua anak ini tidak memasang baliho atau spanduk apalagi memaku poster di pohon.. Hj Kasmawati pun baru muncul 10 hari jelang pencoblosan yang jatuh pada 9 April mendatang. Mengapa lambat start? Alumni Fakultas Ekonomi UMI Makassar ini menyatakan makin cepat melakukan sosialisasi makin banyak mengumbar janji. "Caleg itu penuh dengan janji. Makin lama melakukan sosialisasi makin banyak janji yg dikeluarkan. Saya tidak mau begitu," kata Kasma.
Dia mengakui makin sering turun ke konstituen makin dekat pula dengan warga. Namun menurutnya, sistem politik di negerii ini sudah membentuk karakter tersendiri yang jauh dari ideal. Pemilih kita sekarang sudah sangat pragmatis. Seperti berlaku prinsip ada uang ada suara. "Jika menuruti budaya pragmatisme pemilih ini, maka pemilu berkualitas tidak akan tercipta," katanya.
Mereka memilih bukan lagi berdasarkan ketokohan, tapi lebih pada materi. Sistem politik kita juga makin amburadul, sehingga dampaknya sangat terasa pada perilaku politisi dan sikap pemilih. Mereka warga seperti tak butuh janji tapi butuh panjar. "Ini sangat a demokratis," ujarnya.
Lalu apa target dari strategi lambat start ini? Apakah efektif dalam mendulang suara? Kasma mengatakan biasanya seminggu jelang hari H pemilu ada perubahan pilihan, ketika harapan-harapannya tidak terpenuhi oleh caleg beserta parpolnya. Mereka pun pendek ingatan, sehingga yang ada di pikirannya adalah apa yang baru saja dialaminya. "Nah di sinilah saya masuk," katanya.
Kasma juga mengakui peluangnya merebut 1 kursi Senayan cukup berat. Pasalnya figur caleg bertarung di Dapil Sultra ini semua kelas berat. Ada mantan gubernur, ada istri gubernur, ada mantan bupati, ada mantan walikota, ada mantan anggota DPR, ada incumbent, bahkan ada menteri walaupun itu caleg droping dari luar Sultra.
"Melihat caleg yang ada mengerikan sumua, tapi saya harus punya optimisme, bukan asal maju," ungkapnya.
Memang caleg yang bertarung di Dapil Sultra boleh dikata pesohor semua. Sebutlah misalnya Ali Mazi (mantan gubernur), Laode Ida (wakil ketua DPD RI), caleg droping yang juga menteri Amir Syamsuddin, mantan bupati Muna Ridwan Bae, mantan walikota Baubau Amirul Tamim, mantan anggota DPR RI Laode Djeni Hasmar, mantan legislator dari PPP Habil Marati, first lady Sultra Tina Hasan Nur Alam. Lainnya adalah petinggi2 parpol seperti Laode Ota, dll.
Menurut Kasmawati, mereka ini cukup dikenal sehingga gampang untuk meraih banyak suara. Meski demikian, Kasma tidak gentar dengan semuanya. Ibu dia anak ini percaya bahwa bakal terjadi perubahan pilihan menjelang hari H coblosan. "Kita itu pendek ingatan, cepat lupa apa yang sudah terjadi. Yang diingat apa yang ada di depannya saat ini. Di bilik suara yang menentukan," ujarnya.
Kalau demikian, mengapa memilih caleg DPR? Bukan calon DPD? Menurut pengoleksi tupperware ini, dari dulu keluarga sudah Bulan Bintang. "Meski ayah saya dulu anggota DPRD dari Golkar tapi kekaguman terhadap Masyumi menurun ke anak-anaknya. PBB kita anggap sebagai titisan Masyumi sehingga ramai-ramai ikut," pungkas mantan Bendahara DPE PBB Sultra ini. (Tim).
Blogger Comment
Facebook Comment