KONUT, SULTRANEWS-Pantai Taipa merupakan salah satu tempat wisata yang cukup menarik perhatian masyarakat untuk menghabiskan waktu liburannya. Pantai ini, merupakan salah satu objek wisata yang diminati masyarakat.
Pantai Taipa terletak di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Jarak tempuh pantai ini dari Kota Kendari sebagai ibu kota Provinsi Sultra dapat ditempuh dalam kurun waktu satu setengah jam.
Namun ada pemandangan lain dari pantai ini, sebagian besar masyarakat yang bermukim di sekitar Pantai Taipa, menjadikan pantai tersebut sebagai salah satu sumber pencarian, dengan
cara menjala ikan.
Mungkin sudah menjadi kebiasaan bagi warga yang bermukim di sekitar pantai, tidak hanya orang tua, tetapi anak-anak yang berusia tiga tahun pun, ikut orang tuanya untuk menjala ikan di bibir pantai.
Menjala ikan yang dilakukan oleh para orang tua dan anak-anaknya ikut menikmati, ada yang hanya sekedar bermain, namun ada pula yang ikut menarik jala tersebut. Mengerti atau tidak apa yang dilakukan orang tuanya, namun beberapa anak terlihat girang, tertawa dan menikmati saat menarik jala ikan tersebut.
Ishak, salah seorang warga, menuturkan bahwa menjala ikan merupakan pekerjaan sehari-hari yang
dilakoni oleh hampir sebagian besar masyarakat yang bermukim di Pantai Taipa.
"Kalau kami disini, biasanya pagi dan sore menjala ikan, tergantung kalau kami lihat ada
ikan, biasa nampak, jadi kami turunkan jalanya, kalau tidak, ya tidak juga," katanya kepada wartawan, Rabu.
Hampir 75 persen dari sebagian besar masyarakat yang bermukin di sekitar pantai, mengandalkan mata pencarian dari menjala ikan, sedangkan 25 persen sisanya bermata pencarian
sebagai petani.
Pantai Taipa, yang ramai dikunjungi para wisatawan di akhir pekan, tidak mengurungkan niat dari
penduduk yang sudah menjadikan laut sebagai mata pencarian utama untuk menghidupi kebutuhan keluarganya.
"Kami hampir tiap hari menjala ikan, kalaupun pantai ini lagi ramai, biasa kami menjalanua pagi
hari atau sore, karena mata pencarian kami sudah dari mencari ikan, tinggal kami sesuaikan saja waktunya yang jelas tamu-tamu yang datang ke pantai ini tidak mengurungkan niat kami untuk menjala ikan," tutur Ishak.
Kerasnya kehidupan, dengan naiknya segala kebutuhan saat ini, mengharuskan para penduduk yang
bermukin di daerah Pantai Taipa, tidak kenal putus asa. Meskipun, dalam menjala ikan, tidak tiap hari mendapatkan hasil yang memuaskan.
Reni, salah seorang ibu rumah tangga mengatakan bahwa tidak tiap hari ia bisa menghasilkan uang
dari menjala ikan, hanya saja, jika ada hasil, maka harus pintar-pintar menyimpannya.
Musim angin timur yang terjadi sekitar bulan Mei hingga Oktober, menjadi musim yang menakutkan bagi warga yang sudah mengandalkan laut sebagai mata pencarian utama. Pasalnya, pada musim tersebut, ombak keras dan tidak memungkinkan untuk menjala ikan.
"Kalaupun dipaksakan untuk menjala ikan, hasilnya juga tidak ada, karena harus melawan
ombak, tapi mau bagaimana lagi, namanya juga hidup jadi harus dijalani," kata Reni.
Pantai Taipa yang menjadi salah satu objek wisata bagi pengunjungnya memang menyimpan banyak cerita dan kenangan, hal itu pula dirasakan bagi warga yang bermukim di sekitar
pantai tersebut.
Besarnya penghasilan yang didapatkan dari menjala ikan juga harus dibagi rata oleh semua anggota
yang menarik jala, belum lagi, pembagian hasil terbesar harus diserahkan kepada pemilik jaring.
"Biasanya kalau kami menjaring ikan ini, kan butuh banyak orang, karena jaring yang kami tarik
lumayan besar, jadi biasa membutuhkan enam orang untuk satu jaring, misalkan saja, dari hasil penjualan diperoleh sebesar satu juta, maka Rp. 400 ribu diberikan kepada pemilik jaring, sisanya kami bagi-bagi," kata Reni.
Waktu yang diperlukanuntuk menjaring ikan juga tidak terlalu lama, hanya membutuhkan waktu kuranglebih selama satu jam, kemudian jaringnya ditarik rame-rame ke bibir pantai untuk melihat hasil tangkapan ikan yang diperoleh hari itu. (Lina)
Blogger Comment
Facebook Comment