Sepenggal Kisah dari Ekspedisi Pencarian Goa Terbesar di Sulawesi (Bagian Dua)

Ilustrasi penelusuran goa. foto :istimewa

Oleh : Yos Hasrul

Handphone Arwan ganda Saputra (30 tahun) berdering. Mimik wajah salah satu senior Mapala Unsultra ini mendadak berubah, saat mendengar sepotong informasi dari seseorang di ujung telepon. Ia lalu menulis pesan berantai itu ke situs jejaring sosial sebagai tindakan emergency respon.

Beragam tanggapan bermunculan. Ada empati mendalam dari semua pihak, terutama para rekan dan aktivis pencinta alam. Info penting itu terkait kecelakaan yang dialami seorang pendaki yang terjatuh di lembah tebing Gunung Mekongga, tepatnya di ketinggian 1800 meter dpl. Arwan pun mencoba mencari bantuan dengan membuat laporan ke tim SAR Kolaka. Arwan Ganda mendapat info dari Linto Mustafa Ibrahim yang memberi kabar yang mengharu biru itu. Linto dan dua rekannya berhasil selamat setelah menempuh dua hari perjalanan yang cukup sulit.
Di tempat terpisah, kantor SAR Kolaka cukup sigap merespon informasi laporan para pendaki yang hilang. Satu jam setelah menerima laporan, tim SAR Kolaka bersiap menuju Desa Tamborasi, desa dimana tiga pendaki yang selamat beristrahat.
Hari itu juga tim SAR Kolaka, kalangan Pencinta Alam dan kepolisian tiba di Desa Tamborasi menemui Linto dan kawan-kawan. Melihat kondisi fisik yang melemah, tim medis SAR langsung memberikan pengobatan pada para pendaki yang selamat itu. Berat tubuh ketiganya terlihat turun drastis. Menunjukkan asupan makanan yang sangat terbatas semasa dalam perjalanan ekspedisi. Ketiganya dianjurkan beristrahat penuh untuk memulihkan tenaga. Linto mengaku selama perjalanan mereka tak lagi memenuhi 2000 kalori di tubuh mereka.
“Kami hanya mendapat asupan makanan dari hutan seperti daun-daunan di hutan,”ujarnya.
Adalah Budiraharjo, ketua tim operasi dari SAR Kolaka langsung memimpin upaya pencarian. Sebelum memulai pencarian, SAR meminta informasi dari ketiga pendaki seputar posisi lokasi keberadaan empat korban. Dari informasi yang diberikan Linto, jarak dari desa ke tempat para korban kurang lebih 9 Km. Dari informasi ini tim relawan pencarian korban bergerak menuju lokasi.
Jumlah relawan yang ke TKP sejak kemarin berjumlah 58 orang dengan 3 kali pemberangkatan. Melibatkan tim SAR unit kolaka, Polres Kolut, Polsek Rante Angin, Kelompok Pencinta Alam di Kendari, Kolaka, serta penduduk setempat. Sayang saat pemberangkatan pertama empat tim relawan dari kepolisian terpaksa harus kembali karena tidak mampu menembus beratnya medan yang dilalui.
Linto juga membeberkan seputar kondisi rekan-rekannya, dimana saat ditinggalkan cukup memprihatinkan terutama soal persediaan logistik yang semakin menipis. Berbagai spekulasi pun mencuat seiring dengan kondisi para korban. Di balik semangat optimisme ada pula proyeksi kemungkinan terburuk dialami para korban, terutama korban Hudianto yang terluka parah. Secara psikologi memungkinkan para pendaki yang lapar cenderung memunculkan sifat individu mereka.
“Itu yang saya takutkan, jangan sampai sifat individu itu muncul dan membuat mereka tercerai berai untuk menyelamatkan diri sendiri, ”kata Anto, seorang penggiat alam di Kolaka. Jika itu yang terjadi maka akan semakin menyulitkan tim melakukan pencarian.
Berhasil Ditemukan
Kabar belum ditemukannya para korban memang sempat mencuatkan spekulasi dari sebagai orang khususnya yang menaruh perhatian pada troublenya korban. Bahkan memunculkan empati yang luar biasa dari banyak kelompok pencinta di daerah ini. Buktinya, Rabu pagi relawan pencari bertambah. Jumlahnya mencapai 56 orang. Mereka rata-rata dari KPA di Kendari dan Kolaka yang datang dengan suka rela menawarkan diri menjadi relawan untuk membantu melakukan mencarian. Mereka adalah dari klub mahasiswa pencinta alam seperti Mahacala dan sejumlah KPA.
“Ini semangat yang besar dari kami pencinta alam sebagai rasa solidaritas sesame pencinta alam,”ujar Iwan seorang aktifis pencinta alam.
Sementara itu polisi juga ikut andil besar melakukaan pencarian dan telah melebur menjadi tim sejak pencarian hari pertama, pada Senin (2/1/12) lalu. Dari Markas Kepolisian Daerah Sultra telah memerintahkan jajaran kepolisian di Kokaka dan Kolaka Utara untuk membantu pencarian bersama tim SAR.
Beruntunglah keempat teguh terhadap pendirian. Mereka bertahan meski dengan bekal yang telah habis. Kata Linto, saat ekspedisi mereka membawa GPS, untuk menentukan titik koordinat. Ini pula yang membantu mereka saat terjadi insiden, ploting posisi lokasi tempat para korban langsung dihubungkaan dengan rute yang kirim untuk para tim penyelamat. Linto dan dua rekannya memberikan titik koordinat itu, yang menuntun para penyelamat ke lokasi tujuan. Berdasarkan plot itulah tim SAR bergerak menuju lokasi para pendaki.
Dua hari melakukan pencarian tim relawan memperoleh titik terang dan berhasil menemukan jejak para korban, sesuai dengan titik koordinat yang ada. Para korban ditemukan dalam kondisi lemah dan dehidrasi yang luar biasa. “jika saja tak segera ditemukan, mungkin saja nasib akan berkata lain,”ujar Budi, tim SAR usai melakukjan evakuasi. (Bersambung)
Share on Google Plus

About Redaksi

    Blogger Comment
    Facebook Comment