JEJAK TOKOH: Belajar dari Keteladanan Bupati Bantaeng, Salah Satu Bupati Terbaik Indonesia

Nurdin Abdullah, Bupati Bantaeng saat memperlihatkan hasil panen buah strawberry. Dok foto milik www.inddit.com
SULTRANEWS-Sejak lepas shalat subuh, warga dapat dgn mudah bertemu bupatinya tanpa protokoler yang rumit. Bahkan dengan bebasnya masyarakat dapat mencurahkan segala keluh kesah mengenai berbagai permasalahan. Di rumah dinas dan rumah pribadi Nurdin, siapa pun bebas masuk tanpa ada hambatan, baik untuk mengadu atau sekadar mengusulkan program. Saat menerima pengaduan warganya, bupati bergelar profesor Ilmu Kehutanan Universitas Hasanudin ini sesegera mungkin menyelesaikannya dengan melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.

“Selama 6 tahun ini, sudah banyak pejabat yang saya copot, seperti Kepala Badan Kepegawaian Daerah sudah berganti 4 kali, wakil bupati saya itu beberapa kali ikut lelang jabatan”katanya.

Ketika pertama kali memenangi Pemilukada Bantaeng 2008 lalu, mantan CEO sejumlah perusahaan di Jepang ini bergerak cepat. Ia blusukan hingga ke kampung-kampung menemui warga. Tak mengherankan bila mulai dari anak-anak sampai orang tua sangat dekat dan bersahabat dengan pemimpin daerahnya itu. Ia senantiasa ingin mencari tahu akar masalah langsung ke sumbernya. Jika sudah tahu penyebabnya, dengan cepat Ia mengambil tindakan. Bekerja dengan fokus, itulah kunci keberhasilannya.
Seluruh kepala dinas dilarang memakai sepatu mahal karena beliau tidak ingin pejabatnya tampil mewah sekaligus sayang jika sepatunya kena lumpur karena mahal. Jadi jangan harap Anda melihat pejabat di Bantaeng memakai sepatu pantofel yang mengkilat. Mobil dinas yang dipakai Kadis hanya Toyota Avanza, sementara beliau sendiri menggunakan Toyota Innova. Untuk keperluan di luar dinas, Beliau menggunakan mobil pribadinya Crown th 2000.
Bupati yang menjunjung tinggi filosofi Jepang pantang berbohong, disiplin, sesuai kata dan perbuatan ini juga berhasil membenahi sistem pelayanan kesehatan warganya. Warga Bantaeng paling dimanjakan untuk pelayanan kesehatan. Jika ada warga yang sakit, cukup menelpon Brigade Siaga Bencana (BSB ) di 113 atau 0413-22724 / 0413-21408 maka dalam waktu kurang dari 20 menit dokter serta perawat bersama ambulans gratis akan segera menjemput pasien di rumahnya.
Pasukan ini mampu menurunkan angka kematian ibu melahirkan menjadi NOL dari sebelumnya 12/100.000 kematian per tahun. BSB siaga 24 jam dgn 20 dokter, 16 perawat dan 8 unit mobil ambulans berfasilitas emergency. Selain itu, BSB Bantaeng juga menyiagakan 11 unit mobil pemadam kebakaran berstandar Internasional, yang kemampuannya melebihi armada yg dimiliki Dinas Damkar Makassar. Bahkan, mobil ambulans milik Pemkab Bantaeng kerap dipinjamkan di kabupaten tetangga bilamana ada pasien yg akan dirujuk ke Makassar. Selain itu pula, Nurdin yang menguasai 3 bahasa asing, Inggris, Jepang dan Cina ini berhasil meyakinkan pemerintah pusat untuk menggelontorkan dana sekitar Rp 120 miliar untuk membangun gedung rumah sakit 8 lantai berstandar internasional.
Networking-nya yang terjaga baik, terutama dengan Jepang, membuat berbagai bantuan dengan mudah didapatnya. Ambulans dan mobil pemadam kebakaran adalah di antaranya. 8 unit ambulans dan Damkar, semuanya diperoleh dari Jepang. Sistem pelayanan di BSB, diadopsinya dari Jepang meski tidak seluruhnya. Berkat mapannya pelayanan kesehatan di daerah berjuluk Butta Toa atau Tanah Tua ini, BSB Bantaeng masuk nominator United Nations Public Service Award, yang dibawahi PBB. BSB Bantaeng sengaja ditunjuk Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara mewakili Indonesia. Penataan Kota Bantaeng yang dulu terkenal dengan semak belukar kini menjadi kabupaten dengan “sejuta” tempat wisata indah. Bahkan Beliau bercita-cita menjadikan Bantaeng “Singapura” di Indonesia. Karena itu sebagian besar pusat pemerintahan dan fasilitas pelayanan publik dipindahkan di daerah pantai.
Dahulu, Bantaeng hanya dipandang sebelah mata dibanding 23 kabupaten di Sulsel. Orang-orang yang akan menuju 6 kabupaten di sisi selatan Sulsel ini hanya mampir sejenak atau bahkan melintas begitu saja. Sepertinya tak ada hal menarik untuk disinggahi. Namun, sejak 2009,  Bantaeng menjadi daerah yang cukup menonjol. Bantaeng menjadi destinasi, bukan lagi tempat transit. Investor kelas dunia berdatangan ke kabupaten yang jaraknya 120 kilometer dari Makassar ini.
Penyebabnya, kini Bantaeng memiliki sejumlah ikon yang membuatnya menonjol dibanding daerah-daerah lain di Sulsel. Contohnya, tak banyak yang menyangka jika berbagai tumbuhan seperti stroberi, apel, durian bisa tumbuh subur di pegunungan Bantaeng. Juga tak pernah terbayangkan jika di daerah ini bisa menjadi penghasil benih unggul yang menaikkan tingkat ekonomi masyarakatnya terutama petani.
Daerah ini pun tumbuh dengan berbagai industri pengolahan. Di bidang industri pengolahan hasil pertanian, Bantaeng sukses merintis pengolahan hasil pangan sekaligus pengepakannya. Hasil-hasilnya pun kini sudah diekspor ke berbagai negara, khususnya Jepang dan Cina. Selain itu, industri pengalengan hasil laut pun berkembang di daerah ini.
Bangkitnya industri di daerah ini cukup mengagumkan karena Bantaeng bukan daerah tambang yang bisa dengan cepat mengundang investor. Bantaeng adalah daerah pertanian sehingga butuh waktu cukup lama untuk bisa meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
Namun, hal itu tak menjadi masalah bagi Bupati Nurdin Abdullah. Ia berhasil mendatangkan investor asing, tercatat dari Jepang, Cina, dan Korea.
Dengan perubahan dan pembangunan yang terus bergerak itu, tak mengherankan jika banyak daerah yang berkaca pada daerah ini. Banteng menjadi “laboratorium” pilihan 104 kabupaten kota di Indonesia yg melakukan studi banding di daerah itu selama 2014.
Meski tak menutup peluang masuknya investor asing, di tangan Nurdin, pembangunan di Bantaeng senantiasa mengutamakan kearifan lokal. Guru Besar Universitas Hasanuddin ini belum berpikir untuk membangun mal di Bantaeng. “Biarkan perekonomian masyarakat dulu yang tumbuh, baru kita bangun yang lain,” ujar alumni Universitas Kyushu, Jepang, ini.
Sebagai orang berlatar belakang pertanian, tekadnya bulat ingin meningkatkan kesejahteraan petani. Menurutnya, jika dulu petani jagung menanam jagung dan menjual jagung, sekarang petani jagung tak hanya menjual jagung, tapi juga benihnya. Penjualan benih itu mendongkrak penghasilan petani menjadi berlipat-lipat. Ia mencontohkan, jika sekilo jagung dijual dengan harga Rp 2.000, dgn menjual benih, penghasilan yg diperoleh bisa Rp 50 ribu per kilo.
Saat ini, produksi benih yang dikembangkan masyarakat Bantaeng ada berbagai jenis. Jumlahnya mencapai lima ton per tahun. “Dan semuanya adalah benih unggulan yang sudah melalui uji coba dan penelitian terpadu,” ujarnya.

Penanganan banjir di Bantaeng adalah salah satu masalah yang sukses dipecahkannya. Di masa putaran akhir kampanye sebelum ia terpilih sebagai bupati, Nurdin mendapati rumah jabatan bupati terendam banjir. Setelah terpilih, ia menargetkan, banjir yang menghantui warga Bantaeng setiap tahun harus ia selesaikan dalam waktu dua tahun. Untuk melihat langsung permasalahan tersebut, Nurdin Abdullah turun langsung mencari titik air penyebab banjir di saat hujan deras menyusuri anak sungai sampai sekitar 6 jam. Survei dan kajian yg melibatkan pakar dari berbagai kampus melahirkan solusi berupa pembangunan cek dam seluas 5 Ha. Pembangunan cekdam itu dipantaunya langsung. Maka, ketika hujan turun, Nurdin pasti tak berada di rumah. Ia memilih memantau kondisi di lapangan tanpa peduli meski tengah malam sekalipun. Kehadiran cek dam memang berhasil mengatasi banjir di wilayah itu sampai saat ini. Bahkan, Cek dam ini juga menjadi sumber air baku PDAM Bantaeng dan sekaligus irigasi untuk pertanian dan perkebunan warga yang sebelumnya hanya lahan tadah hujan.
Pria kelahiran Pare-Pare, 7 Feb 1963, ini selalu menunjukkan kesungguhannya jika menghadapi suatu masalah. Ia berharap, camat, dan lurah yang menjadi mitranya melayani masyarakat bisa mencontoh hal itu. “Saya selalu sampaikan, ini masalah keteladanan. Sebagai pemimpin, selalulah memberikan contoh terbaik,” ujarnya.
Yang penting baginya, sistem harus diciptakan dan tertata bagus. Sebab, jika sistem sudah bagus, siapa pun yang akan memimpin Bantaeng kelak tinggal meneruskannya. Hal itulah yg dirintisnya sejak awal hingga tahun kedua memimpin Bantaeng. “Setahun dua tahun boleh bergantung pada bupati, tapi tahun ketiga kita harus bergantung pada sistem yang kuat,” katanya.
“Kami normalisasi sungai dan drainase lalu membangun cek dam, membangkitkan petani dgn ketersediaan pupuk, benih unggulan dan irigasi pertanian di daerah-daerah terisolir dan menggeliatkan perekonomian Bantaeng dgn membuka pintu masuk bagi para investor,” ujar Nurdin
Mantan Presiden Direktur PT Maruki Internasional Indonesia ini membuka kesempatan bagi para investor kelas dunia untuk berbisnis di Bantaeng. Nurdin menyiapkan lahan sekitar 1.000 hektar di daerah Pajjukukkang yang tuntas di th 2015 untuk pabrik smelter yang dibangun investor Jepang, Cina dan India. 2.000 hektar untuk relokasi industri dari Jepang. Bahkan rencananya akan dibangun sekolah mekanik Asia Pasifik kerjasama dgn Toyota serta BLK dgn standar internasional.
“Triliunan uang investor masuk ke Bantaeng tanpa ada pungutan sepeser pun. Kita menerapkan pelayanan one day service. Proses perizinan selesai dalam sehari tanpa pungutan. Investor kita jemput di bandara lalu kita antar sampai ke Bantaeng. Kta mengelola keuangan daerah secara terbuka dan transparan, buktinya tidak ada pejabat saya yang korupsi.”
Di tahun pertama kepemimpinannya, bupati berusia 50 tahun ini melakukan pembenahan dan peningkatan kapasitas aparat-aparatnya dgn menerapkan pola assesment dgn melibatkan Universitas Indonesia dan Lembaga Administrasi Negara (LAN) Jatinangor. Sistem lelang jabatan di kepemimpinan Nurdin sudah dilakukan sejak 2009, jauh lebih awal dibandingkan yang dilakukan Jokowi sebagai Gubernur DKI.
Di periode pertama, Nurdin berhasil duduk sebagai bupati dengan raihan suara 46 persen, meskipun tanpa kampanye yang meriah. Nurdin yang ‘pulang-kampung’ demi amanah almarhum ayahnya, berhasil mengungguli para kandidat yang sudah lama berkiprah di Bantaeng. Di periode kedua, tanpa kampanye dan atribut, Nurdin melenggang dengan meraih suara 84 persen dalam Pilkada 2013 silam.
Di kepemimpinan alumni fakultas pertanian Universitas Kyushu di Jepang ini, perekonomian Bantaeng tumbuh dari 5,3 persen menjadi 8,9 persen pertahun serta berhasil meningkatkan indeks pendapatan perkapita warga Bantaeng dari Rp 5 juta menjadi Rp 14,7 juta.
Nurdin berhasil memajukan kembali varietas sayuran, buah dan hasil2 perikanan, dengan konsep Agri-Marine Economy. Berkat kemajuan perekonomian di Bantaeng, terjadi arus balik warga Bantaeng yg merantau di luar, serta bertambahnya penduduk yg bermigrasi ke Bantaeng.
Selama 6 tahun kepemimpinannya, Bantaeng menyabet lebih dari 50 penghargaan tingkat nasional, termasuk 4 kali berturut-turut piala adipura yang sebelumnya tidak pernah didapatkan, 3 tahun berturut-turut meraih Otonomi Award dan berhasil memenangkan Innovative Government Award (IGA) th 2013 yg diadakan Kementerian Dalam Negeri.
Bagi Nurdin, ia tidak mau berorientasi pada piagam penghargaan semata, tanpa dibarengi karya nyata yg dirasakan warganya. Menurut Nurdin, berkat caranya memimpin Bantaeng dengan menggunakan hati, Bantaeng kemudian jadi terkenal dan jadi sering kedatangan tamu dari pemda di Indonesia untuk melakukan studi banding, termasuk pula sering diundang pemerintah Jepang dan China untuk melakukan benchmarking.
Berkat kepiawaiannya memimpin, nama Nurdin termasuk 19 tokoh alternatif oleh Komunike Bangsa Peduli Indonesia (KBPI) yang digagas pengusaha senior Sofjan Wanandi. Nama Nurdin dijadikan figur capres alternatif, sejajar dengan nama tokoh bereputasi seperti Jusuf Kalla, Khofifah Indar Parawansa, Chairul Tanjung, Walikota Bandung Ridwan Kamil, dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
“Saya terkejut sekaligus senang dijadikan figur capres alternatif. Sebagai anak bangsa, saya siap untuk menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk kemajuan bangsa. Namun saat ini saya masih fokus untuk memimpin Bantaeng. Tunggu mapan dulu daerah saya baru lompat ke pusat, saat ini masih dalam proses, bila masanya nanti akan tiba saya akan siap bila dibutuhkan,” tutup suami dari Listiaty Fachruddin ini. (Sumber : Kompasiana, Tribunnews, Detiknews)

Share on Google Plus

About yoshasrul

    Blogger Comment
    Facebook Comment