KENDARI, SULTRANEWS-Saat batu akik menjadi trend dan
akhirnya punya nilai ekonomi, maka kerusakan lingkungan sudah berada di depan
mata kita. Pernyataan tegas ini disampaikan
Imanche Al Rachman, penggiat lingkungan dari LSM Komnasdesa-Sultra di
hadapan puluhan wartawan saat kegiatan training dan fellowship isu lingkungan
yang diselenggarakan AJI Kendari, (18/4) lalu.
Menurutnya, batu akik yang sudah
bernilai ekonomi tak ada bedanya dengan
batu mulia lainnya, seperti emas, intan dan berlian, karena akan selalu diburu
para kolektor atau pencinta batu. Ironisnya, dalam perburuan batu akik dan sejenisnya ini
dilakukan tanpa memperdulikan kaidah-kaidah pengelolaan lingkungan yang
baik, bahkan lebih condong pada aktifitas perusakan.
Ini dapat dilihat dari aktifitas penambangan
batu akik di sejumlah lokasi, seperti di Pulau Kabaena (Bombana), Kawasan hutan
Warangga (Kabupaten Muna), kawasan hutan lindung Kolaka dan Kolaka Utara dan di
kawasan Labuan Peropa (Kabupaten Buton Utara) yang merupakan bagian dari
kawasan hutan Margasatwa Tanjung Peropa.
Di kawasan hutan alam ini setiap harinya ada sekitar puluhan sampai ratusan orang menggali tanah hutan, sehingga dengan sadar warga telah merusak biodiversity kawasan. Di Sultra, Kabupaten Buton Utara dianggap sebagai salah satu daerah yang memiliki kualitas batu
alam terbaik, karena memiliki pancawarga terbaik menjadi tujuan
utama banyak pebisnis batu.
Dan sangat disayangkan, sihir batu akik
tidak hanya digilai oleh para pebisnis batu akik, tetapi juga disukai oleh hampir
semua kalangan, tak terkecuali mereka yang selama ini mengaku sebagai aktifis
penyelamat lingkungan, Ini terlihat dari seringnya oknum-oknum aktifis
mengkampanyekan batu akik di dunia maya.
“Inilah yang menjadi kekhawatiran kita,
karena batu akik sudah bernilai maka manusia
menjadi tidak peduli lagi, walau sebenarnya yang ereka lakukan itu
adalah tindakan masiv yang merusak lingkungan,”kata Imanche Al Rachman.
Ironisnya, sejumlah pemerintah kabupaten
di Sultra telah membuat Peraturan Daerah (perda) yang mengatur tentang
perniagaan batu akik di wilayah mereka. Salah satu daerah di Sultra yang telah
menggodok perda adalah Kabupaten Bombana.
Di Kota Kendari senntra penjualan batu
akik tersebar di beberapa tempat, dan terbesar berada di kawasan MTQ Square. DI
tempat ini ratusan pedagang batu akik menawarkan pada para pencinta batu akik
dengan berbagai harga. Di pasaran harga batu akik memang tengah mentereng. Biji
batu cincin dapat dihargai dari seratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Sebenarnya, bagaimana awal batu
akik ini menjadi sangat fenomenal di Indonesia? Padahal, batu akik dengan
berbagai macam jenis batu telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Konon, batu akik ini menjadi kian
moncer setelah Presiden keenam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
memberikan hadiah batu akik jenis bacan kepada Presiden Amerika Serikat Barack
Obama. Pemberitaan pun meluas hingga akhirnya publik nasional dan internasional
pun tahu kalau SBY dan Obama sama-sama menggunakan batu akik jenis bacan.
Namun, SBY dalam hal ini belum pernah mengeluarkan statement.
Batu bacan ini berasal Pulau
Bacan, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Daerah Bacan ini memang dikenal dengan
penghasil batu cincin. Sebelum menjadi batu cincin, batu bacan harus dicari
yang memiliki warna khusus. Bahkan, batu yang dimiliki mempunyai sifat
bernyawa.
Batu bacan memiliki beragam
warna, bahkan suhu tubuh manusia bisa memengaruhi keindahan batu bacannya.
Selain SBY dan Obama, konon
Sultan Hasanal Bolkiah raja Brunei pun menggunakan batu bacan ini. Dan
puncaknya, saat pertemua Konferensi Asia Afrika dimana Presiden Joko widodo
menghadiahi para pemimpin Negara yang hadir dengan batu mulia ini. Bahkan, saat
hendak diserahkan batu yang akan jadi hadiah ini dikawal oleh polisi dan
tentara laksana mengawal para presiden.
Setelah batu bacan terkenal, batu akik
dari jenis batu-batu yang lain pun ramai diburu oleh para kolektor batu akik,
hingga akhirnya masyarakat awam pun kini ikut-ikutan latah menyukai batu akik. YOS/Merdeka.com
Blogger Comment
Facebook Comment