Pilkada dan Social Media

Ada perbedaan signifikan Pilkada Kota Kendari tahun 2007 dengan Pilkada Kota Kendari pada 2012 ini. Tahun 2007 belum banyak warga yang bisa mengakses jejaring sosial seperti FB ini. Sehingga perubahan yang terasa adalah terjadinya keterbukaan informasi terkait Pilwali. 

Siapa sangka ayam beras dan sarung (misalnya) yang jika terjadi di tahun 2007 akan tetap tersembunyi, namun lewat fb begitu cepat ketahuan.

Kalau pada 2007 kampanye dalam bentuk visualisasi melalui social media masih terbatas, kini paradigmanya berubah melalui FB/twitter. Itulah sebabnya banyak media cetak yang enggan mengulas fenomena menarik di FB ini karena efek ikutannya tetap larinya ke jejaring sosial.

Perkelahian, pertengkaran, caci maki, hujatan yang saling menelanjangi antarpendukung di fb sangat menarik menjadi liputan ringan sebagai bumbu-bumbu dinamika politik bagi mass media komersial.

Pelesetan-pelesetan melalui gambar dan bahasa di FB juga menjadi sisi menarik yang menggambarkan kondisi real yang tengah terjadi. Sayangnya ini tidak ditangkap media komersial lokal, dan akhirnya hanya menjadikan dirinya penonton tanpa bisa mamanfaatkan peluang komersial gelaran Pilkada Kota Kendari ini.

Lama kelamaan, media sosial tentu makin variatif dan makin mudah diakses dengan segala fitur-fiturnya sehingga kampanye kandidat pilkada terasa murah dan meriah dalam memvisualkan sang calon. Tentu siapa yang memanfaatkan dan mengefektifkan sosial media ini dan dalam jangka lama akan menuai hasilnya terutama dalam pembentukan opini publik. Inti dari komunikasi politik sebenarnya ada di sini... 

Sekian dan terima kasih... (Syahrir Lantoni)


Share on Google Plus

About Admin

    Blogger Comment
    Facebook Comment